PENGERTIAN KEKUASAAN
Kekuasaan
adalah kemampuan membuat orang lain melakukan apa yang diinginkan seseorang
untuk mereka lakukan (Gibson, Ivancevich, Donnelly, Konopaske, 2012:291).
Apabila dipergunakan untuk kebaikan organisasi, kekuasaan merupakan keuatan
positif untuk mencapai efektivitas organisasi tingkat tinggi.
Robbins dan Judge, (2011:454)
memberikan pengertian bahwa kekuasaan menunjukkan pada kapasitas bahwa A harus
mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak menurut harapan A. Seseorang dapat
mempunyai kekuasaan, tetapi apabila tidak menggunakannya, maka menjadi
kapasitas dan potensi. Aspek paling penting dari kekuasaan adalah fungsi dependency, ketergantungan. Semakin
besar B tergantung pada A, maka semakin besar kekuasaan A dalam hubungan
tersebut.
Pengertian yang senada dikemukan
oleh McShane dan Von Glinov (2010,300) yang menyatakan bahwa kekuasaan sebagai
kapasitas seseorang, tim atau organisasi untuk empengaruhi orang lain.
Kekuasaan yang diberi pengertian
sebagai kemampuan membujuk seseorang lain untuk melakukan sesuatu yang ingin
kita lakukan atau kemampuan membuat segala sesuatu terjadi atau membuat segala
sesuatu dilakukan dengan cara yang kita inginkan (Schermorhorn, Hunt, Osborn,
dan Uhl-Bien, 2011:278)
Dengan demikian, dapat dikatakn
bahwa power atau kekuasaan pada hakikatnya adalah kapasitas atau kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk membujuk, mempengaruhi dan membuat orang lain
tergantung padanya dan bersedia melakukan apa yang diinginkannya.
Kekuatan Pemimpin
Untuk
mendapat mempengaruhi orang lain, maka pada diri seorang pemimpin di perlukan
adanya suatu “kekuatan” (power) agar dapat mengarahkan atau mempengaruhi orang
lain pada pencapaian tujuan. Pada dasarnya, dalam suatu organisasi telah
“disiapkan” kekuatan yang dapat digunakan oleh pimpinan untuk mempengaruhi atau
mengatur bawahannya, yaitu :
Legitimasi
pemakaian kekuatan, merupakan kekuatan yang sah dimiliki oleh seorang pemimpin,
karena ia ditunjuk atau diangkat dan dipercayakan untuk menduduki posisi
tersebut. Dengan demikian orang lain atau bawahannya menyadari bahwa atasannya
dapat memerintah dirinya atau mengaturdirinya dalam bertingkah laku untuk
mencapai tujuan berkelompok.
1. Coercive
power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin untuk mengontrol atau
mengawasi bawahan, dan ia dapat mengatur bawahannya apabila melakukan
pelanggaran, serta member sanksi kepada bawahannya. Dengan demikian, posisinya
tersebut memang memberikan peluang untuk melakukan hal tersebut, sejalan dengan
proses pencapian tujuan.
2. Reward
power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin pada suatu posisinya,
yang mana ia dapat memberikan penghargaan, pujian atau hadiah kepada
bawahannya. Hal ini dilakukan oleh pemimpin karena bawahannya telah berhasil
menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pencapian tujuan.
3. Expert
power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang yang karena keahliannya,
dan atau pengetahuannya, ia diakui oleh orang lain, sehingga orang lain
tersebut dapat dipengaruhi olehnya. Kekuatan ini belum tentu terdapat pada
seorang pemimpin, karena ia tidak mempunyai pengetahuan atau keahlian dalam
bidang tersebut. Namun demikian, apabila seorang pemmpin memiliki kemampuan
tersebut, maka kekuatan yang dimilikinya akan lebih lengkap.
4. Referent
power, adalah suatu kekuatan yang dimiliki oleh seseorang di mana ia selalu di
gunakan sebagai tempat acuan. Pada pimpinan yang mempunyai pesona yang
kharismatik, ia mempunyai kekuatan ini. Oleh karenanya, tidak seluruh pemimpin
mempunyai kekuatan ini. Tokoh masyarakat (informal leader) biasanya memiliki
kekuatan ini (Iskandar, 1990:47)
Dasar, Sumber dan Tipe Kekuasaan
Dasar
atau Sumber kekuasaan menurut Robbins dan Judge (2011:455) dikelompokkan dalam
kategori Formal Power dan Personal Power. Formal Power didasarkan pada posisi individu dalam organisasi yang
dapat berasal dari kemampuan memaksa (coerce)
atau menghargai (reward) atau dari kewenangan formal (formal authorit). Sedangkan personal
power bersumber pada karakteristik
unik individu berupa keahlian (expertise),
penghormatan (respect) dan
kekaguman (admiration) orang lain.
Penelitian mengindikasikan bahwa sumber personal
power adalah yang paling efektif.
Schermerhorn,
Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien (2011:282) menunjukkan sumber kekuasaan lebih luas.
Mereka mengelompokkan kekuasaan dalam position
power dan personal power. Dalam position power mencakup: legitimate power, reward power, coercive
power, process power, information power, dan resentative power. Sedangkan dalam personal power meliputi: expert
power, rational persuation, refrent power, dan coalition power.
Sedangkan
Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan Konopaske (2012:292) mengelompokkan kekuasaan
dalam interpersonal power mencakup: legitimate, reward, coercive,. Sedangkan
kelompok lainnya adalah structural dan
situational power meliputi: resources, decision-making power, dan informationpower. Disamping itu, ada interdepartemental power meliputi: coping with uncertainty, centrality, dan
substitutability.
Adanya
perbedaan pengelompokkan terhadap macam-macam kekuasaan tersebut tidak perlu
diperdebatkan karena di satu sisi bersifat saling melengkapi, di sisi lain
karena masing-masing mempunyai penekanan sudut pandang sendiri. Kita dapat
mengikuti salah satu dari sudut pandang mereka atau melakukan kombinasi
diantaranya, disesuaikan dengan kenyataan yang kita hadapi.
Keseluruhan
tipe, jenis, dasar atau sumber kekuasaan tersebut di atas dapat dijelaskan
seperti dibawah ini.
a.
Coercive Power: Dasar
kekuasaan memaksa tergantung pada atas ketakutan atas hasil negative dari
kegagalan untuk mematuhi. Manajer dapat menolak reward yang diharapkan yang menadministrasikan hukuman untuk
mengontrol orang lain.
b.
Reward Power: Kepatuhan
dicapai berdasar pada kemampuan mendistribusikan reward yang dipandang berharga olehorang lian. Menunjukkan
tingkatan dimana menajer dapat menggunakan hak komando untuk mengontrol orang
lain.
c.
Legitimate Power: Kekuasaan
yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang dalam kelompok atau hirakhi
formal suatu organisasi. Disebut pula sebagai kewenangan formal dimana manajer
dapat menggunakan hak komando untuk mengontrol orang lain.
d.
Process Power: Kekuasaan
untuk mengontrol atas metode produksi dan analisis. Kekuasaan di sini
menempatkan individu dalam posisi mempengaruhi bagaimana masukan ditransformasi
menjadi keluaran unyuk organisasi.
e.
Representative Power: Hak
formal yang diberikan pada individu oleh organisasi ang memungkinkan mereka
berbicara sebagai perwakilan kelompok terdiri dari individu dari lintas
departemen atau diluar organisasi
f.
Expert Power: Kekuasasan
yang didasarkan atas keterampilan khusus, keahlian atau pengetahuan yang
dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap bahwa orang itu
mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliannya itu melebihi keahlian
mereka sendiri.
g.
Referent Power: Suatu
kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik seseorang, seorang pemimpin dikagumi
oleh pra pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas, bentuk kekuasaan ini
secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang
tinggi dapat meningkatkan semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan
sesuatu, pemimpin yang demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun
diikuti sepenuhnya.
h.
Rational Persuation:
Kemampuan mengontrol perilaku orang lain karena melalui usaha individu, orang
menerima harapan tujuan yang ditawarkan dan cara yang beralasan untuk
mencapainya.
i.
Coalition Power:
Kemampuan mengontrol perilaku orang lain secara tidak langsung karea individu
berutang kewajiban kepada kita atau orang lain sebagai bagian kepentingan
kolektif yang lebih besar.
j.
Resources Power:
Kekuasaan terjadi ketika orang mempunyai saluran terbuka pada sumber daya:
Uang, pekerja, teknologi, bahan dan pelanggan. Dalam organisasi, sumber daya
penting dialokasikan ke bawah sepanjang garis organisasi.
Proses-proses memimpin
1. Para
pemimpin membuat keputusan-keputusan.
Mereka mengembangkan suatu proses dimana
ditetapkan suatu pola tidakan berdasarkan pilihan antara sejumlah
alternative-alternatif huna tujuan mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.
2. Para
pemimpin memusatkan perhatian mereka atas sasaran-sasaran.
Mereka memotivasi bawahan mereka untuk
bersama-sama mencapai sasaran0sasaran yang telah ditetapkab oleh organisasi.
Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran, maka para
pemimpin capat harus mengoreksinya.
3. Para
pemimpin merencanakan dan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan.
Artinya, mereka mengantisipasi masa yang
akan datang, dan berusaha untuk menemukan macam-macam pola tindakan alternatif.
Mereka
menggariskan pedoman petunjuk-petunjuk untuk keputusan-keputusan masa yang akan
datang.
Para
pemimpin mengorganisasi dan menempatkan (Staf) pekerja-pekerja di dalam
jabatan-jabatan yang ada.
Mereka
menggunakan sebuah proses, dimana ditetapkan struktur dan alokasi
jabatan-jabatan, setelah mana orang-orang ditetapkan pada jabatan-jabatan tersebut.
Para
pemimpin melaksanakan komunikasi dengan para bawahan, para kolega dan para
superior mereka
Mereka
menueruskan ide-ide kepada pihak lain dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan.
Para pemimpin memimpin dan
mensupervisi.
Maksudnya,
mereka mengusahakan agara pihak bawahan mereka bekerja kearah pencapaian
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan umum.
Para pemimpin mengawasi
aktivitas-aktivitas.
Artinya,
mereka menggunakan proses-proses yang dapat mengukur hasil pekerjaan dan
kemudian memimpinnya ke arah tujuan yang di tetapkan semula.
KARAKTERISTIK PEMIMPIN
1. Charismatic
Leaders
Charisma menurut kamus adalah sebuah
kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai keajaiban. Pemimpin yang
karismatik terlihat menginspirasi pengikutnya untuk mencintai pemimpinnya, di
lain waktu pemimpin yang karismatik menawarkan pengikut mereka dengan harapan
untuk bebas dari penderitaan. Secara umum, pemimpin yang karismatik memiliki
kemampuan untuk mengkomunikasikan sebuah kekuatan yang luar biasa dan visi
kepada pengikutnya atau kemampuan untuk mencapai tujuan yang dapat menghapuskan
penderitaan pengikutnya.
2. Machiavellianism
Pemimpin Machiavellianism percaya bahwa:
a.
Orang lain pada dasarnya lemah, mudah
disalahkan, mudah dicurangi, dan tidak dapat dipercaya,
b.
Orang lain adalah objek yang bersifat
umum,
c.
Seseorang seharusnya memanipulasi orang
lain kapan pun itu diperlukan untuk mencapai tujuan.
Richard
Christie menyatakan bahwa pemimpin Machiavellianism yang dapat memengaruhi
pengikutnya untuk alasan pribadi dan politik memiliki 4 karakteristik yaitu:
1. Pemimpin
terlibat secara emosional terhadap relasi interpersonal.
2. Pemimpin
mengambil pandangan utilitarian dari pada pandangan moral terhadap interaksi
mereka dengan orang lain, mereka tidak peduli dengan moralitas konvensional.
3. Pemimpin
berhasil memanipulasi pengikut berdasarkan persepsi yang akurat mengenai
kebutuhan pengikutnya.
4. Pada
akhirnya dampak dari manipulasi yang sukses adalah fokus pada menyelesaikan
sesuatu dari pada mencapai tujuan jangka panjang. Pemimpin Machiavellianism
sedikit memiliki komitmen yang ideologis.
hallo kak. salam kenal, isi blognya kakak bagus bagus, btw dari mana nih kak sumbernya?, rekomendasiin dong kak. boleh?
BalasHapus