Pada dasarnya manusia sangat mudah terbawa emosi
apalagi didunia maya. Kita adalah makhluk perasaan (emosi), the world run on feelings, dan
sekarang kita hidup dijaman dimana segala bentuk emosi sangat mudah menular dengan
adanya internet dan sosial media. Setiap hari emosi diri kita dibombardir
dengan berbagai kontroversi politik, judul clickbait, dan konten-konten ego
bait.
Sayangnya
tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk menghentikan serangan emosi ini,
bahkan saya yakin semakin hari akan semakin parah, ada 3 hal utama yang
menyebabkan ini semua terjadi yaitu:
1.
Dengan adanya internet, sangat mudah bagi kita untuk
mencari informasi yang bisa mendukung/membenarkan apa yang sudah kita percayai
(confirmation bias), jika Anda merasa golongan A adalah kumpulan orang-orang
penipu/koruptor maka akan selalu ada artikel/berita yang bisa mendukung opini
dan perasaan Anda tersebut. Artinya sangat mudah bagi kita untuk mengembangkan
asumsi, mengkonfirmasi kembali opini/pandangan kita tanpa melihat dari kedua
sisi atau mempertanyakan keadaan/realita yang sebenarnya. Emosi membuat orang
mencari informasi di internet bukan untuk mencari kebenaran, melainkan
untuk mencari pembenaran atas
apa yang sudah mereka asumsikan.
2.
Internet dan media terus-terusan secara konsisten
memberikan Anda kabar-kabar terburuk, paling kontroversi dan sensasional
dinegeri ini, karena informasi/konten macam inilah yang paling mudah
mendapatkan perhatian audience (emosi diatas segalanya), akhirnya konten dibuat
bukan lagi berdasarkan kualitas/manfaat melainkan berdasarkan seberapa jauh
konten tersebut bisa memancing emosi pembacanya.
3.
Ironisnya dengan adanya sosial media orang-orang
menjadi semakin terputus hubungan satu sama lain secara nyata, sangat mudah untuk
memisahkan diri dari orang-orang yang tidak sependapat/sepemikiran dengan Anda
disosial media, berdebatpun cenderung mudah terbawa emosi dan amarah, karena
kita tidak melihat orang tersebut secara langsung, kita hanya berkomunikasi
dibalik layar dan avatar, berbeda dengan jaman dulu dimana kita bertatap muka
dan jauh lebih mudah memiliki rasa toleransi terhadap opini orang lain.
Pada
akhirnya internet dan sosial media tidak memberikan orang-orang informasi yang
mereka butuhkan, tetapi informasi dan kontenyang mereka inginkan. Masalahnya adalah internet sudah
kelebihan informasi, dalam prinsip ekonomi jika sesuatu tersedia secara
berlebihan (over supply) orang-orang akan semakin tidak menghargainya.
Hasilnya?
Kita tidak lagi menghargai informasi yang ada karena semuanya sudah tersedia
dimana-mana, bahkan kita sudah tidak peduli lagi dengan informasi yang
sebenarnya, setiap haripun informasi menjadi semakin ngaco, tiba-tiba ada bocah
umur 5 tahun bisa terbang, ada fakta/kontroversi bahwa bumi berbentuk segitiga,
ditemukan alien ngambang disungai, dan sebagainya.
Ada
kontroversi sedikit tiba-tiba jadi viral, masih ada orang-orang yang mau
disuruh ketik “amin” atau klik “like” supaya bisa kaya/sukses (seriously?),
debat di sosmed yang tidak ada habisnya dan yang paling buruk adalah semua rasa
emosi ini memiliki adiktif (candu), kita tertipu lagi dan lagi, termakan judul
clickbait yang sama berkali-kali, kita menikmati rasa emosi/marah saat berdebat
dengan orang lain seolah kita ada dijalan yang benar dan mereka ada dijalan
yang salah. Semuanya menjadi semakin tidak terkendali, namun walaupun kita
tidak bisa mengendalikan keadaan yang sudah berantakan ini, kita tetap bisa
menahan/mengendalikan emosi diri kita sendiri.
Berikut ini
adalah 4 tips simpel untuk menahan rasa marah dan cara mengontrol emosi diri
Anda menjadi lebih terkendali:
1. Jangan terburu-buru dalam mengemukakan opini
Kita sangat
mudah terbawa emosi saat berada disosial media, rasanya ingin komen, berdebat
dan memberikan opini, tapi opini itu menjebak. Perhatikanlah mayoritas
orang-orang yang sudah mengeluarkan pendapat akan mati-matian mempertahankan
argumennya apapun realita/fakta yang melawannya, mereka menggunakan logika
bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari pembenaran terhadap
pandangannya sendiri, dan fakta uniknya adalah manusia bisa menemukan logika dalam hal apapun.
Jadi
daripada terbawa arus emosi yang tidak berguna (hampir semua debat sebenarnya
tidak ada gunanya), lebih baik memilih diam dan tetap netral. Selain itu lebih
mudah bagi kita berubah pikiran/opini ketimbang jika kita sudah berucap dan
menyatakan opini kita kepada orang lain, tidak ada beban moral dan emosi apapun
bagi mereka yang masih netral, karena itu jangan terburu-buru mengemukakan
pendapat, bahkan tidak usah berpendapat jika memang dirasa tidak perlu.
Sekali Anda
menyatakan opini, secara insting Anda akan menghabiskan energi untuk
membuktikan bahwa Anda benar dan orang lain salah, tentu ada saat dimana memang
Anda perlu membuktikan sebuah opini tapi cobalah menahan diri sesaat karena
dengannya Anda bisa melihat situasi dengan lebih baik menggunakan pikiran dan
logika ketimbang emosi dan perasaan semata.
2. Belajar sabar dengan lebih banyak mendengar ketimbang bicara
Jika Anda
menerima kritik dari orang lain, jauh lebih baik dengarkan saja tanpa harus
membalas komentar mereka, terima masukkan yang ada tapi jangan habiskan waktu
untuk berdebat apalagi kalau mereka adalah haters (pembenci). Intinya adalah
lebih mudah bagi kita mengontrol emosi diri saat kita mendengar ketimbang
berbicara, mereka yang sudah berucap/angkat bicara seringkali mudah terbawa
emosi/marah, karena itu lebih banyaklah mendengar daripada berbicara,
perhatikan dahulu dengan seksama keadaan yang ada dan jika memang penting
katakanlah apa yang memang harus Anda sampaikan.
3. Terima saja bahwa tidak semua debat/masalah penting untuk dimenangkan
Banyak orang menghabiskan waktu hanya untuk memuaskan
egonya, mereka akan berdebat seharian untuk membuktikan bahwa dirinya benar dan
orang lain salah, mereka akan mengklarifikasi masalah yang ada untuk memaksa
orang lain sependapat dengan diri mereka. Padahal tidak semua masalah yang ada
itu penting untuk diperdebatkan, memenangkan debat seringkali tidak ada gunanya
karena pada akhirnya orang lain tetap tidak sependapat dengan apa yang kita
diskusikan bersama.
Terimalah fakta bahwa kita tidak harus selalu menang
dalam pembicaraan, kita tidak harus menjadi dominan dalam sebuah keadaan,
setiap orang memiliki egonya sendiri-sendiri dan tidak ada salahnya mengalah
karena memenangkan hal tersebut tidak membawa perubahan apapun yang berarti.
Kuncinya adalah memahami keadaan yang terjadi,
berpikir dengan kepala dingin hanya bisa dilakukan saat Anda lebih tenang, diamlah
sesaat, jangan terburu-buru mengemukakan opini/argumen, dan pergilah (move
away) jika memang masalah/keadaan tersebut tidak penting untuk diperdebatkan.
4. Pilih lingkungan yang bisa mengendalikan diri
Jauh lebih
mudah rusak karena teman dibandingkan baik karena teman, perhatikanlah
mayoritas emosi yang terjadi itu disebabkan oleh sekumpulan orang/kelompok
(bandwagon), faktanya kita sebagai manusia sangat mudah dimanipulasi pikiran
dan emosinya apalagi dalam berkelompok, jangan sampai terbawa arus emosi karena
Anda berada dilingkungan yang salah.
Lingkungan
itu sangat-sangat penting. Lingkungan bisa menentukan karakter Anda, nasib
Anda, bahkan masa depan Anda. Pastikan Anda memilih lingkungan yang baik dan
tepat. Lingkungan tidak terbatas pada keluarga dan teman saja, tetapi juga
tempat kerja, grup sosial media, forum internet, website/komunitas yang sering
Anda kunjungi, dan masyarakat tempat Anda berada.
Pilihlah
lingkungan dan orang-orang yang bisa mengontrol emosinya, bergaullah dengan
mereka-mereka yang tidak mudah terbawa emosi/gampang marah khususnya di sosmed,
ingat rasa emosi dan kebencian itu menular, percaya atau tidak pada akhirnya
lingkungan jugalah yang membentuk karakter Anda sampai saat ini.
Jadi
bagaimana cara mengontrol emosi diri sendiri dengan baik? Bagaimana cara yang
tepat untuk menahan dan mengendalikan amarah?
·
Jangan terburu-buru dalam berpendapat/mengemukakan
opini
·
Lebih banyaklah mendengar ketimbang bicara (silent is
gold)
·
Pahami bahwa Anda tidak perlu terlibat dalam setiap
masalah/keadaan yang terjadi
·
Pilih lingkaran sosial yang bisa membawa Anda ketempat
yang lebih baik
Pada
kenyataannya memang semua itu tidak semudah kata-kata, saat berhadapan dengan
sebuah keadaan kita cenderung mudah terpengaruh lingkungan dan terseret opini
yang mungkin saja sesat. Maka dari itu sangat penting untuk kita belajar lebih
banyak menggunakan pikiran
ketimbang perasaan dalam mengambil keputusan, memang tidak
selamanya keputusan berdasarkan pikiran/logika pasti lebih baik ketimbang
menggunakan perasaan, ada saatnya juga kita harus mempercayai emosi/perasaan
termasuk intuisi (follow your heart but take your brain with you). Pada
akhirnya berpikir kritis itu memang melelahkan tetapi sebenarnya lebih banyak
masalah dalam hidup ini yang hanya bisa diselesaikan dengan pikiran dan logika
ketimbang emosi dan perasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar