Senin, 11 Desember 2017

Bagaimana cara mengontrol emosi?


Pada dasarnya manusia sangat mudah terbawa emosi apalagi didunia maya. Kita adalah makhluk perasaan (emosi), the world run on feelings, dan sekarang kita hidup dijaman dimana segala bentuk emosi sangat mudah menular dengan adanya internet dan sosial media. Setiap hari emosi diri kita dibombardir dengan berbagai kontroversi politik, judul clickbait, dan konten-konten ego bait.
Sayangnya tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk menghentikan serangan emosi ini, bahkan saya yakin semakin hari akan semakin parah, ada 3 hal utama yang menyebabkan ini semua terjadi yaitu:
1.        Dengan adanya internet, sangat mudah bagi kita untuk mencari informasi yang bisa mendukung/membenarkan apa yang sudah kita percayai (confirmation bias), jika Anda merasa golongan A adalah kumpulan orang-orang penipu/koruptor maka akan selalu ada artikel/berita yang bisa mendukung opini dan perasaan Anda tersebut. Artinya sangat mudah bagi kita untuk mengembangkan asumsi, mengkonfirmasi kembali opini/pandangan kita tanpa melihat dari kedua sisi atau mempertanyakan keadaan/realita yang sebenarnya. Emosi membuat orang mencari informasi di internet bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk mencari pembenaran atas apa yang sudah mereka asumsikan.
2.        Internet dan media terus-terusan secara konsisten memberikan Anda kabar-kabar terburuk, paling kontroversi dan sensasional dinegeri ini, karena informasi/konten macam inilah yang paling mudah mendapatkan perhatian audience (emosi diatas segalanya), akhirnya konten dibuat bukan lagi berdasarkan kualitas/manfaat melainkan berdasarkan seberapa jauh konten tersebut bisa memancing emosi pembacanya.
3.        Ironisnya dengan adanya sosial media orang-orang menjadi semakin terputus hubungan satu sama lain secara nyata, sangat mudah untuk memisahkan diri dari orang-orang yang tidak sependapat/sepemikiran dengan Anda disosial media, berdebatpun cenderung mudah terbawa emosi dan amarah, karena kita tidak melihat orang tersebut secara langsung, kita hanya berkomunikasi dibalik layar dan avatar, berbeda dengan jaman dulu dimana kita bertatap muka dan jauh lebih mudah memiliki rasa toleransi terhadap opini orang lain.
Pada akhirnya internet dan sosial media tidak memberikan orang-orang informasi yang mereka butuhkan, tetapi informasi dan kontenyang mereka inginkan. Masalahnya adalah internet sudah kelebihan informasi, dalam prinsip ekonomi jika sesuatu tersedia secara berlebihan (over supply) orang-orang akan semakin tidak menghargainya.
Hasilnya? Kita tidak lagi menghargai informasi yang ada karena semuanya sudah tersedia dimana-mana, bahkan kita sudah tidak peduli lagi dengan informasi yang sebenarnya, setiap haripun informasi menjadi semakin ngaco, tiba-tiba ada bocah umur 5 tahun bisa terbang, ada fakta/kontroversi bahwa bumi berbentuk segitiga, ditemukan alien ngambang disungai, dan sebagainya.

Ada kontroversi sedikit tiba-tiba jadi viral, masih ada orang-orang yang mau disuruh ketik “amin” atau klik “like” supaya bisa kaya/sukses (seriously?), debat di sosmed yang tidak ada habisnya dan yang paling buruk adalah semua rasa emosi ini memiliki adiktif (candu), kita tertipu lagi dan lagi, termakan judul clickbait yang sama berkali-kali, kita menikmati rasa emosi/marah saat berdebat dengan orang lain seolah kita ada dijalan yang benar dan mereka ada dijalan yang salah. Semuanya menjadi semakin tidak terkendali, namun walaupun kita tidak bisa mengendalikan keadaan yang sudah berantakan ini, kita tetap bisa menahan/mengendalikan emosi diri kita sendiri.
Berikut ini adalah 4 tips simpel untuk menahan rasa marah dan cara mengontrol emosi diri Anda menjadi lebih terkendali:
1.    Jangan terburu-buru dalam mengemukakan opini
Kita sangat mudah terbawa emosi saat berada disosial media, rasanya ingin komen, berdebat dan memberikan opini, tapi opini itu menjebak. Perhatikanlah mayoritas orang-orang yang sudah mengeluarkan pendapat akan mati-matian mempertahankan argumennya apapun realita/fakta yang melawannya, mereka menggunakan logika bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari pembenaran terhadap pandangannya sendiri, dan fakta uniknya adalah manusia bisa menemukan logika dalam hal apapun.
Jadi daripada terbawa arus emosi yang tidak berguna (hampir semua debat sebenarnya tidak ada gunanya), lebih baik memilih diam dan tetap netral. Selain itu lebih mudah bagi kita berubah pikiran/opini ketimbang jika kita sudah berucap dan menyatakan opini kita kepada orang lain, tidak ada beban moral dan emosi apapun bagi mereka yang masih netral, karena itu jangan terburu-buru mengemukakan pendapat, bahkan tidak usah berpendapat jika memang dirasa tidak perlu.
Sekali Anda menyatakan opini, secara insting Anda akan menghabiskan energi untuk membuktikan bahwa Anda benar dan orang lain salah, tentu ada saat dimana memang Anda perlu membuktikan sebuah opini tapi cobalah menahan diri sesaat karena dengannya Anda bisa melihat situasi dengan lebih baik menggunakan pikiran dan logika ketimbang emosi dan perasaan semata.
2.    Belajar sabar dengan lebih banyak mendengar ketimbang bicara
Jika Anda menerima kritik dari orang lain, jauh lebih baik dengarkan saja tanpa harus membalas komentar mereka, terima masukkan yang ada tapi jangan habiskan waktu untuk berdebat apalagi kalau mereka adalah haters (pembenci). Intinya adalah lebih mudah bagi kita mengontrol emosi diri saat kita mendengar ketimbang berbicara, mereka yang sudah berucap/angkat bicara seringkali mudah terbawa emosi/marah, karena itu lebih banyaklah mendengar daripada berbicara, perhatikan dahulu dengan seksama keadaan yang ada dan jika memang penting katakanlah apa yang memang harus Anda sampaikan.
3.    Terima saja bahwa tidak semua debat/masalah penting untuk dimenangkan
Banyak orang menghabiskan waktu hanya untuk memuaskan egonya, mereka akan berdebat seharian untuk membuktikan bahwa dirinya benar dan orang lain salah, mereka akan mengklarifikasi masalah yang ada untuk memaksa orang lain sependapat dengan diri mereka. Padahal tidak semua masalah yang ada itu penting untuk diperdebatkan, memenangkan debat seringkali tidak ada gunanya karena pada akhirnya orang lain tetap tidak sependapat dengan apa yang kita diskusikan bersama.
Terimalah fakta bahwa kita tidak harus selalu menang dalam pembicaraan, kita tidak harus menjadi dominan dalam sebuah keadaan, setiap orang memiliki egonya sendiri-sendiri dan tidak ada salahnya mengalah karena memenangkan hal tersebut tidak membawa perubahan apapun yang berarti.
Kuncinya adalah memahami keadaan yang terjadi, berpikir dengan kepala dingin hanya bisa dilakukan saat Anda lebih tenang, diamlah sesaat, jangan terburu-buru mengemukakan opini/argumen, dan pergilah (move away) jika memang masalah/keadaan tersebut tidak penting untuk diperdebatkan.
4.    Pilih lingkungan yang bisa mengendalikan diri
Jauh lebih mudah rusak karena teman dibandingkan baik karena teman, perhatikanlah mayoritas emosi yang terjadi itu disebabkan oleh sekumpulan orang/kelompok (bandwagon), faktanya kita sebagai manusia sangat mudah dimanipulasi pikiran dan emosinya apalagi dalam berkelompok, jangan sampai terbawa arus emosi karena Anda berada dilingkungan yang salah.
Lingkungan itu sangat-sangat penting. Lingkungan bisa menentukan karakter Anda, nasib Anda, bahkan masa depan Anda. Pastikan Anda memilih lingkungan yang baik dan tepat. Lingkungan tidak terbatas pada keluarga dan teman saja, tetapi juga tempat kerja, grup sosial media, forum internet, website/komunitas yang sering Anda kunjungi, dan masyarakat tempat Anda berada.
Pilihlah lingkungan dan orang-orang yang bisa mengontrol emosinya, bergaullah dengan mereka-mereka yang tidak mudah terbawa emosi/gampang marah khususnya di sosmed, ingat rasa emosi dan kebencian itu menular, percaya atau tidak pada akhirnya lingkungan jugalah yang membentuk karakter Anda sampai saat ini.
Jadi bagaimana cara mengontrol emosi diri sendiri dengan baik? Bagaimana cara yang tepat untuk menahan dan mengendalikan amarah?
·         Jangan terburu-buru dalam berpendapat/mengemukakan opini
·         Lebih banyaklah mendengar ketimbang bicara (silent is gold)
·         Pahami bahwa Anda tidak perlu terlibat dalam setiap masalah/keadaan yang terjadi
·         Pilih lingkaran sosial yang bisa membawa Anda ketempat yang lebih baik

Pada kenyataannya memang semua itu tidak semudah kata-kata, saat berhadapan dengan sebuah keadaan kita cenderung mudah terpengaruh lingkungan dan terseret opini yang mungkin saja sesat. Maka dari itu sangat penting untuk kita belajar lebih banyak menggunakan pikiran ketimbang perasaan dalam mengambil keputusan, memang tidak selamanya keputusan berdasarkan pikiran/logika pasti lebih baik ketimbang menggunakan perasaan, ada saatnya juga kita harus mempercayai emosi/perasaan termasuk intuisi (follow your heart but take your brain with you). Pada akhirnya berpikir kritis itu memang melelahkan tetapi sebenarnya lebih banyak masalah dalam hidup ini yang hanya bisa diselesaikan dengan pikiran dan logika ketimbang emosi dan perasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar