1.
Langkah-Langkah
konseling kelompok dengan pendekatan Teori Psikoanalitik
1. Tahap
Persiapan dalam Bentuk Analisis lndividu
Pada tahap ini konselor kelompok memilih
para peserta yang cocok untuk melaksanakan kegiatan kelompok yang akan
dipimpinnya. Perlu diusahakan bahwa mereka memiliki kondisi yang sesuai dengan
kegiatan kelompok. Kondisi itu diantaranya kemampuan untuk mengadakan kontak
dengan kenyataan, kemampuan untuk berhubungan secara pribadi, luwes, dan
potensi untuk menjadi katalisator dalam kegiatan kelompok
2. Tahap
Pembentukan Hubungan Melalui Penafsiran Mimpi dan Fantasi
Pada tahap kedua ini merupakan sarana
untuk mengembangkan iklim saling mempercayai diantara anggota-anggota kelompok,
hal tersebut juga memungkinkan menghadirkan kesan-kesan tertentu antar sesama
anggota kelompok.
3. Interaksi
Melalui Asosiasi Bebas Antarpribadi (Interpersonal Free
Association)
Ditandai penggunaan yang mendalam
tentang asosiasi bebas, yaitu komunikasi tanpa sensor mengenai perasaan dan
pemikiran seseorang secepat hal itu muncul dalam ingatannya; hal ini juga
mengandung arti bahwa keberhasilan tahap kedua dicerminkan dengan terjadinya
asosiasi bebas atau berjalannya tahapan ketiga ini, jika pada tahapan ini
didapati bahwa anggota terlihat canggung dalam pengeksplorasian maka, bukan
tidak mungkin bahwa ia merasa belum nyaman atau mempunyai kesan negatif atau
semacamnya pada tahap sebelumnya.
4. Tahap
Analisis Penolakan
Pada tahap ini penolakan itu muncul
secara jelas pada waktu setiap anggota kelompok melakukan penafsirannya tentang
mimpi dan mengadakan asosiasi bebas tentang anggota-anggota lainnya. Tahap
perkembangan kelompok ini dapat diumpamakan sebagai masa pemberontakan kelompok
menentang konselor. Mereka mempertahankan dirinya dengan cara mengisolasikan
diri, memberikan alasan-alasan rasional, dan mengarahkan pembicaraan kepada
hal-hal yang mendetail mengenai aturan kegiatan dalam kelompok.
5. Tahap
Analisis Pengalihan
Pada tahap ini konselor benar-benar
perlu menemukan ketakutan setiap anggota kelompok untuk mengubah dirinya dan
juga mengenai trauma yang menahan perkembangan dirinya. Pada tahap ini,
seyogyanya dibangun "persekutuan kerja" dalam kelompok, yaitu suatu
bentuk kerja sama yang sehat dan realistik antara para anggota kelompok dengan
konselor serta diantara anggota kelompok itu sendiri.
6. Tahap
Tindakan Pribadi yang Disadari dan lntegrasi Sosial
Tahap ini ditandai dengan berakhirnya
distorsi pengalihan yang sangat kuat yang terjadi dalam kelompok. Pada tahap
ini terdapat suatu pola berbagi kepemimpinan dan pemisahan diri serta
penyadaran individual yang realistik. Distorsi pengalihan kelompok terhadap
konselor telah ditangani secara tuntas dan para anggota kelompok memandang
konselor lebih realistis. Tujuan tahap ini adalah untuk membantu konseli
menemukan cara-cara yang lebih efektif untuk berhubungan dengan orang lain dan
meningkatkan pertumbuhan pribadi konseli sehingga konseli itu dapat berpikir
mancari dan berdiri sendiri dalam perbuatannya. Selanjutnya Glading
(Supriatna, N (2009: 30 – 31) dalam pelakasanaan proses konseling kelompok
psikonalisa terdapat lima teknik dasar yang digunakan yaitu:
a).
Asosiasi bebas (Free Association)
Dalam
praktik konseling kelompok penggunaan asosiasi bebas (free association)
sebagaimana dikemukakan Corey (1990) asosiasi bebas merupakan tipe“free-floating
discussion” atau mengadakan diskusi bebas anggota menyampaikan perasaan dan
kesan mereka dengan segera. Asosiasi bebas ( Free Association)
merupakan teknik utama dari terapi psikoanalitik yang merupakan suatu rnetode
penataan kernbali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu, yang dikenal
dengan sebutan katarsis. Katarsis hanya rnenghasilkan peredaan sementara atas
pengalarnan-pengalaman rnenyakitkan yang dialarni konseli, tidak rnemainkan
peran utama dalarn proses treatment psikoanalitik kontemporer;
katarsis rnendorong konseli untuk rnenyalurkan sejumlah perasaannya yang
terpendam, dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pernahaman. Untuk
rnembantu konseli dalam memperoleh pernaharnan dan evaluasi diri yang lebih
objektif, analis menafsirkan makna-makna utarna dari asosiasi bebas.
Menurut
Natawidjaja (Supriatna, N. 2009: 31) tujuan asosiasi bebas dalam konseling
kelompok adalah untuk mendorong para konseli menjadi lebih bersikap spontan dan
membukakan proses-proses yang tidak disadari sehingga mereka memperoleh wawasan
yang lebih jelas mengenai psikodinamika dalam dirinya sendiri. Dalam proses
layanan, tugas konselor adalah membantu konseli untuk mendapatkan pemahaman dan
evaluasi diri yang obyektif. Dalam hal ini, konselor harus dapat memberikan
tafsiran makna dari asosiasi bebas, yaitu mengungkap dan mengenali perasaan
yang dikurung dalam ketidaksadaran konseli. Selanjutnya konselor menyampaikan
hasil tafsirannya kepada koseli, membimbing konseli ke arah peningkatan
pemahaman atas dirinya secara obyektif. Dengan demikian konseli akan
mendapatkan pemahaman yang benar atas situasi yang sedang dihadapinya.
b).
Penafsiran
Penafsiran
adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari konseli terhadap makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh
mimpi-mimpi asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik
itu sendiri.
Nandang
Rusmana (2009: 32) mengatakan bahwa dalam melakukan penafsiran, seorang
konselor mesti tepat waktu, karena ketidaktepatan waktu dalam melakukan
penafsiran akan berakibat pada kemungkinan munculnya penolakan dari konseli.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada tiga aturan umum dalam melakukan
penafsiran, yaitu: pertama; disajikan pada saat gejala yang hendak
ditafsirkan itu dekat dengan kesadaran konseli, kedua; penafsiran harus berawal
dari permukaan serta menembus hanya sedalam konseli mampu menjangkaunya,
terutama saat konseli mengalami situasi itu secara emosional, dan ketiga;
resistensi atau pertahanan, paling baik ditunjukkan sebelum dilakukan
penafsiran atas emosi atau konflik yang ada di baliknya.
c).
Transferensi
Transferensi
muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat di mana
kegiatan-kegiatan konseli masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain,
menyebabkan ia merubah masa kini dan mereduksi kepada analisis sebagai yang dia
lakukan kepada ibu dan ayahnya. Kini, dalam hubungannya dengan konselor
mengalami kembali perasaan penolakan atau permusuhan yang pemah dialami
terhadap orang tuanya. Jadi transferensi merupakan upaya memproyeksikan emosi
yang tidak tepat kepada pemimpin atau anggota yang lain Hansenet at.
all, (Gladding, 1991). Transferensi dalam psikoanalisis kelompok
memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan psikoanalisis indiviudal
Thompson dan Kahn, 1970 (Gladding,1991).
d).
Analisis mimpi
Analisis
mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak
disadari dan memberikan kepada konseli pemahaman atas beberapa
area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan
melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi muncul ke permukaan. Freud
memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran, sebab
melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan
ketakutan-ketakutan yang tidak disadari, diungkapkan. Beberapa motivasi sangat
tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam
bentuk yang disamarkan atau disimbolkan alih-alih diungkapkan secara
terang-terangan dan langsung. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi
laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang
disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan
dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan
isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifest yang lebih dapat diterima,
yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi
laten mimpi ke dalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja
mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan
mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifest mimpi. Selama jam analitik,
analis bisa meminta konseli untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek
isi manifest impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
e).
Analisis dan penafsiran transferensi
Hubungan
transferensi juga memungkinkan konseli mampu menembus konflik-konflik masa
lampau yang tetap dipertahankannya hingga pada masa sekarang dan bentuk-bentuk
yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Transferensi disini ialah
mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, konseli
diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait
dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang konseli bawa ke masa
sekarang selanjutkan diserahkan ke konselor..
f). Wawasan dan penanganan (insight and working trough)
f). Wawasan dan penanganan (insight and working trough)
Wawasan
berarti kesadaran akan sebab-sebab dari kesulitan seseorang pada masa kini.
Dalam model psikoanalitik wawasan juga berarti kesadaran intelektual dan
emosional tentang hubungan antara pengalaman-pengalaman masa lampau dengan
masalah masa kini. Jadi, apabila para anggota kelompok mengharapkan perubahan
dalam beberapa aspek kepribadiannya, maka mereka harus mengenali penolakan dan
pola perilakunya yang lama. Ini merupakan proses yang lama dan sulit.
Penanganan secara tuntas itu merupakan aspek yang sangat kompleks dalam
psikoanalisis dan mempunyai tuntutan yang mendalam. Penanganan tuntas ini
merupakan suatu proses yang cocok untuk menaggulangi konflik-konfilk yang tidak
terpecahkan, sikap dan kebutuhan, penolakan, pengalihan terhadap pemimpin
kelompok dan rekan sekelompoknya dan hal-hal lain yang tidak terpecahkan dimasa
lampau. Proses penanganan tuntas merupakan tahap akhir darikelompok
psikoanalitik dengan hasil bertambahnya kesadaran dan integrasi.
2.
Masalah
yang dikaji dalam konseling kelompok dengan pendekatan Teori Psikoanalitik
Contoh beberapa masalah yang bisa dikaji
dengan teori ini antara lain:
1. Masalah
dalam menjalin hubungan dengan orang lain
2. Masalah
yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma.
3. Masalah
dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya
sehari-hari.
3.
Sikap
konselor dalam konseling kelompok dengan pendekatan teori Psikoanalitik
Karakteristik
psikoanalisis adalah terapis atau konselor membiarkan dirinya anonym serta hanya
berbagi sedikit perasaan serta pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya
kepada konselor. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi,
ditafsirkan dan dianalisis. Konselor terutama berurusan dengan usaha membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan
hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam
memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan irasional terhadap
kelompok.
Fungsi
serta peran konselor disesuaikan dengan karakteristik dan penekanan kelompok
yang di pimpinnya. Tahapan perkembangan kelompok juga merupakan variable
penting. Seperti suatu peran, konselor sebagai pemimpin kelompok psikoanalisis
sebaiknya objektif, menghangatkan. Fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin
kelompok sebagaimana Natawidjaja (2009: 194) meliputi: (1) Menciptakan iklim
yang mendorong anggota-anggota kelompok menyatakan dirinya secara bebas
(2) Manyatakan batas antara perilaku dalam kelompok dan perilaku di luar
kelompok (3) Memberikan dukungan terapeutik apabila anggota kelompok tidak
memberikannya (4) Membantu para anggota menghadapi dan menangani penolakan
dalam diri mereka sendiri atau dalam kelompok sebagai satu kesatuan (5).
Menumbuhkan kemandirian anggota-anggota kelompok dengan cara berangsur-angsur
melepaskan fungsi-fungsi kepemimpinan-nya dan dengan mendorong interaksi
diantara para anggota kelompok (6) Menarik perhatian para anggota kepada
aspek-aspek yang samar-samar dalam perilaku para anggota kelompok, dan melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka, membantu mereka meniti dirinya lebih jauh
dan lebih dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar