Senin, 11 Desember 2017

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN PSIKOANALITIK


1.    Langkah-Langkah konseling kelompok dengan pendekatan Teori Psikoanalitik
1.      Tahap Persiapan dalam Bentuk Analisis lndividu
Pada tahap ini konselor kelompok memilih para peserta yang cocok untuk melaksanakan kegiatan kelompok yang akan dipimpinnya. Perlu diusahakan bahwa mereka memiliki kondisi yang sesuai dengan kegiatan kelompok. Kondisi itu diantaranya kemampuan untuk mengadakan kontak dengan kenyataan, kemampuan untuk berhubungan secara pribadi, luwes, dan potensi untuk menjadi katalisator dalam kegiatan kelompok
2.      Tahap Pembentukan Hubungan Melalui Penafsiran Mimpi dan Fantasi
Pada tahap kedua ini merupakan sarana untuk mengembangkan iklim saling mempercayai diantara anggota-anggota kelompok, hal tersebut juga memungkinkan menghadirkan kesan-kesan tertentu antar sesama anggota kelompok.
3.      Interaksi Melalui Asosiasi Bebas Antarpribadi (Interpersonal Free Association)
Ditandai penggunaan yang mendalam tentang asosiasi bebas, yaitu komunikasi tanpa sensor mengenai perasaan dan pemikiran seseorang secepat hal itu muncul dalam ingatannya; hal ini juga mengandung arti bahwa keberhasilan tahap kedua dicerminkan dengan terjadinya asosiasi bebas atau berjalannya tahapan ketiga ini, jika pada tahapan ini didapati bahwa anggota terlihat canggung dalam pengeksplorasian maka, bukan tidak mungkin bahwa ia merasa belum nyaman atau mempunyai kesan negatif atau semacamnya pada tahap sebelumnya.
4.      Tahap Analisis Penolakan
Pada tahap ini penolakan itu muncul secara jelas pada waktu setiap anggota kelompok melakukan penafsirannya tentang mimpi dan mengadakan asosiasi bebas tentang anggota-anggota lainnya. Tahap perkembangan kelompok ini dapat diumpamakan sebagai masa pemberontakan kelompok menentang konselor. Mereka mempertahankan dirinya dengan cara mengisolasikan diri, memberikan alasan-alasan rasional, dan mengarahkan pembicaraan kepada hal-hal yang mendetail mengenai aturan kegiatan dalam kelompok.
5.      Tahap Analisis Pengalihan
Pada tahap ini konselor benar-benar perlu menemukan ketakutan setiap anggota kelompok untuk mengubah dirinya dan juga mengenai trauma yang menahan perkembangan dirinya. Pada tahap ini, seyogyanya dibangun "persekutuan kerja" dalam kelompok, yaitu suatu bentuk kerja sama yang sehat dan realistik antara para anggota kelompok dengan konselor serta diantara anggota kelompok itu sendiri.

6.      Tahap Tindakan Pribadi yang Disadari dan lntegrasi Sosial
Tahap ini ditandai dengan berakhirnya distorsi pengalihan yang sangat kuat yang terjadi dalam kelompok. Pada tahap ini terdapat suatu pola berbagi kepemimpinan dan pemisahan diri serta penyadaran individual yang realistik. Distorsi pengalihan kelompok terhadap konselor telah ditangani secara tuntas dan para anggota kelompok memandang konselor lebih realistis. Tujuan tahap ini adalah untuk membantu konseli menemukan cara-cara yang lebih efektif untuk berhubungan dengan orang lain dan meningkatkan pertumbuhan pribadi konseli sehingga konseli itu dapat berpikir mancari dan berdiri sendiri dalam  perbuatannya. Selanjutnya Glading (Supriatna, N (2009: 30 – 31) dalam pelakasanaan proses konseling kelompok psikonalisa terdapat lima teknik dasar yang digunakan yaitu: 
a). Asosiasi bebas (Free Association)
Dalam praktik konseling kelompok penggunaan asosiasi bebas (free association) sebagaimana dikemukakan Corey (1990) asosiasi bebas merupakan tipe“free-floating discussion” atau mengadakan diskusi bebas anggota menyampaikan perasaan dan kesan mereka dengan segera. Asosiasi bebas ( Free Association) merupakan teknik utama dari terapi psikoanalitik yang merupakan suatu rnetode penataan kernbali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Katarsis hanya rnenghasilkan peredaan sementara atas pengalarnan-pengalaman rnenyakitkan yang dialarni konseli, tidak rnemainkan peran utama dalarn proses treatment psikoanalitik kontemporer; katarsis rnendorong konseli untuk rnenyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, dan karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pernahaman. Untuk rnembantu konseli dalam memperoleh pernaharnan dan evaluasi diri yang lebih objektif, analis menafsirkan makna-makna utarna dari asosiasi bebas.
Menurut Natawidjaja (Supriatna, N. 2009: 31) tujuan asosiasi bebas dalam konseling kelompok adalah untuk mendorong para konseli menjadi lebih bersikap spontan dan membukakan proses-proses yang tidak disadari sehingga mereka memperoleh wawasan yang lebih jelas mengenai psikodinamika dalam dirinya sendiri. Dalam proses layanan, tugas konselor adalah membantu konseli untuk mendapatkan pemahaman dan evaluasi diri yang obyektif. Dalam hal ini, konselor harus dapat memberikan tafsiran makna dari asosiasi bebas, yaitu mengungkap dan mengenali perasaan yang dikurung dalam ketidaksadaran konseli. Selanjutnya konselor menyampaikan hasil tafsirannya kepada koseli, membimbing konseli ke arah peningkatan pemahaman atas dirinya secara obyektif. Dengan demikian konseli akan mendapatkan pemahaman yang benar atas situasi yang sedang dihadapinya.
b). Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari konseli terhadap makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
Nandang Rusmana (2009: 32) mengatakan bahwa dalam melakukan penafsiran, seorang konselor mesti tepat waktu, karena ketidaktepatan waktu dalam melakukan penafsiran akan berakibat pada kemungkinan munculnya penolakan dari konseli. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada tiga aturan umum dalam melakukan penafsiran, yaitu: pertama; disajikan pada saat gejala yang hendak ditafsirkan itu dekat dengan kesadaran konseli, kedua; penafsiran harus berawal dari permukaan serta menembus hanya sedalam konseli mampu menjangkaunya, terutama saat konseli mengalami situasi itu secara emosional, dan ketiga; resistensi atau pertahanan, paling baik ditunjukkan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau konflik yang ada di baliknya.
c). Transferensi
Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat di mana kegiatan-kegiatan konseli masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan ia merubah masa kini dan mereduksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibu dan ayahnya. Kini, dalam hubungannya dengan konselor mengalami kembali perasaan penolakan atau permusuhan yang pemah dialami terhadap orang tuanya. Jadi transferensi merupakan upaya memproyeksikan emosi yang tidak tepat kepada pemimpin atau anggota yang lain Hansenet at. all, (Gladding, 1991). Transferensi dalam psikoanalisis kelompok memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan psikoanalisis indiviudal Thompson dan Kahn, 1970 (Gladding,1991).
d). Analisis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada konseli pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tidak disadari, diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan alih-alih diungkapkan secara terang-terangan dan langsung. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifest yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi ke dalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifest mimpi. Selama jam analitik, analis bisa meminta konseli untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
e). Analisis dan penafsiran transferensi
Hubungan transferensi juga memungkinkan konseli mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga pada masa sekarang dan bentuk-bentuk yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Transferensi disini ialah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, konseli diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang konseli bawa ke masa sekarang selanjutkan diserahkan ke konselor..
f). Wawasan dan penanganan (insight and working trough)
Wawasan berarti kesadaran akan sebab-sebab dari kesulitan seseorang pada masa kini. Dalam model psikoanalitik wawasan juga berarti kesadaran intelektual dan emosional tentang hubungan antara pengalaman-pengalaman masa lampau dengan masalah masa kini. Jadi, apabila para anggota kelompok mengharapkan perubahan dalam beberapa aspek kepribadiannya, maka mereka harus mengenali penolakan dan pola perilakunya yang lama. Ini merupakan proses yang lama dan sulit. Penanganan secara tuntas itu merupakan aspek yang sangat kompleks dalam psikoanalisis dan mempunyai tuntutan yang mendalam. Penanganan tuntas ini merupakan suatu proses yang cocok untuk menaggulangi konflik-konfilk yang tidak terpecahkan, sikap dan kebutuhan, penolakan, pengalihan terhadap pemimpin kelompok dan rekan sekelompoknya dan hal-hal lain yang tidak terpecahkan dimasa lampau. Proses penanganan tuntas merupakan tahap akhir darikelompok psikoanalitik dengan hasil bertambahnya kesadaran dan integrasi.

2.    Masalah yang dikaji dalam konseling kelompok dengan pendekatan Teori Psikoanalitik
Contoh beberapa masalah yang bisa dikaji dengan teori ini antara lain:
1.    Masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain
2.    Masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma.
3.    Masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari.

3.    Sikap konselor dalam konseling kelompok dengan pendekatan teori Psikoanalitik
Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau konselor membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan serta pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada konselor. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Konselor terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsive dan irasional terhadap kelompok.
Fungsi serta peran konselor disesuaikan dengan karakteristik dan penekanan kelompok yang di pimpinnya. Tahapan perkembangan kelompok juga merupakan variable penting. Seperti suatu peran, konselor sebagai pemimpin kelompok psikoanalisis sebaiknya objektif, menghangatkan. Fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin kelompok sebagaimana Natawidjaja (2009: 194) meliputi: (1) Menciptakan iklim yang mendorong anggota-anggota kelompok menyatakan dirinya secara bebas (2) Manyatakan batas antara perilaku dalam kelompok dan perilaku di luar kelompok (3) Memberikan dukungan terapeutik apabila anggota kelompok tidak memberikannya (4) Membantu para anggota menghadapi dan menangani penolakan dalam diri mereka sendiri atau dalam kelompok sebagai satu kesatuan (5). Menumbuhkan kemandirian anggota-anggota kelompok dengan cara berangsur-angsur melepaskan fungsi-fungsi kepemimpinan-nya dan dengan mendorong interaksi diantara para anggota kelompok (6) Menarik perhatian para anggota kepada aspek-aspek yang samar-samar dalam perilaku para anggota kelompok, dan melalui pertanyaan-pertanyaan kepada mereka, membantu mereka meniti dirinya lebih jauh dan lebih dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar