PENGARUH
KEKUATAN/KEKUASAAN
KEKUASAAN (POWER)
Kemampuan
untuk memengaruhi hasil seseorang, orang lain, dan lingkungan (Coleman & Tjosvold,2000). Kekuasaan dari
anggota kelompok yang mengontrol power
Base, mereka akan mendapat reward atau punisment, mereka disukai dan dihormati,
mereka diterima oleh anggota sebagai pemimpin yang dilegitimasi, mereka yang
menguasai keahlian dan informasi khusus. Tidak hanya itu, apabila power dengan
social influence itu sendiri merupakna hubungan antar emosi, pendapat dan
perilaku dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh suatu individu
tertentu.
Kepatuhan Terhadap
Otoritas
Bertrand
Russell mengemukakan bahwa “konsep utama dalam ilmusosial adalah kekuasaan,
sama seperti energy dalam konsep dasar fisika”.Orang yang berkuasa dapat
membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya sendiri. Mereka
dapat meramalkan dan menghasilkan efek yang diharapkan dari orang lain, bahkan
saat orang lain tersebut berusaha untuk menolak.
Rasionalitas : taktik yang menekankan
penalaran, logika, dan penilaian yang baik adalah taktik rasional, contohnya
adalah negosiasi dan persuasi. Menjilat dan evasion adalah taktik mempengaruhi
yang nonrasional, karena mereka bergantung pada emosionalitas dan informasi
yang tidak benar.
Bilateralitas : Beberapa taktik yang
interaktif, yang melibatkan give-and-take pada bagian kedua influencer dan target.
taktik bilateral tersebut meliputi persuasi, diskusi, dan negosiasi. taktik
unilateral, sebaliknya, dapat diberlakukan tanpa kerjasama dari target. Taktik
meliputi tuntutan,faitsaccomplis, evasion, dan disengagement.
Eksperimen Milgram
Stanley
Milgram mempelajari kelompok pada suatu otoritas dengan menciptakan kelompok
kecil dalam laboratoriumnya di Universitas Yale.Sebagai pemimpin eksperimen
tersebut, ia menetapkan masing-masing agenda kelompok, dan tugas anggota
kelompok. Ilustrasi percobaan Milgram: E adalah penguji, T adalah guru atau
peserta percobaan sedangkan L adalah murid yang sebenarnya adalah aktor.
Power Bases
Kekuasaan
pada dasarnya merupakan sumber daya kekuatan sosial atas orang lain, termasuk
kemampuan untuk menghargai dan menghukum, status, tarik, keahlian, dan
informasi (Forsyth, 1998). Kekuasaan terbagi menjadi:
Personal Power
Mereka
yang dapat memberikan reward dan punishment, mereka yang dihormati, mereka yang
diterima sebagai individu yang memiliki kewenangan sah, dan mereka yang ahli
dalam bidang tertentu, serta mereka yang memiliki informasi yang bermanfaat
memiliki potensi untuk berkuasa pada suatu grup. French dan Raven (dalam
Forsyth, 1998) mengidentifikasi 6 faktor terbentuknya personal power, sebagai
berikut :
1. Reward
Power
Mereka yang dapat memberikan penghargaan
atau reward terhadap anggota grupnya, maka mereka cenderung memiliki power.
Contoh dari reward tersebut, misalnya:
1)
mendapatkan juara 1
karena nilai yang bagus
2)
pemberian gaji kepada
para pekerja
3)
kebebasan pada para narapidana,
dll.
Menurut
social exchange theory, power akan semakin kuat ketika:
1)
Rewardsemakin berharga
2)
Para anggota grup
bergantung kepada pemegang kekuasaan
3)
Perjanjian pemberian
reward dari pemegang kekuasaan terlihat rasional
2. Coercive
Power
Individu
yang berkemampuan untuk memberikan hukuman atau punishment kepada anggota yang
tidak memenuhi permintaan atau tuntutan juga cenderung memiliki power. Contoh
dari punishmentyang dimaksud, misalnya:
1)
guru menghukum murid
yang nakal dengan pemberian PR.
2)
saling menghina dan
mempermalukan teman.
3)
memaksa anggota
kelompok dengan kekerasan fisik.
Individu
juga melakukan koersi untuk memengaruhi anggota kelompok lain, meskipun,
kebanyakan tetap menggunakan reward
ketika keduanya dapat digunakan (Molm, dalam Forsyth 1998).
3. Legitimate
Power
Individu
yang dianggap memiliki kekuasaan dan hak yang sah hak untuk meminta dan
memberikan tuntutan. Dengan kata lain, anggota grup wajib dan memiliki
kesadaran untuk patuh terhadap pemegang kekuasaan. Contoh dari legitimate
power, misal:
1)
Polisi menyuruh
narapidana untuk bekerja membersihkan sel.
2)
Dosen menunggu
mahasiswa untuk tenang sebelum kuliah dimulai.
3)
Seorang sersan meminta
perhatian kepada seluruh barisan.
Anggota
grup menaati kewenangan karena secara pribadi mereka menerima norma
kelompoknya. Mereka secara sukarela patuh karena internalisasi dari kesetiaan
dan kewajiban moral.
4. Referent
Power
Kekuasaan
ini didasarkan pada identifikasi faktor tertentu, misal attractiveness dan
respect terhadap pemegang kekuasaan. Siapa yang paling dihormati, siapa yang
paling disukai, maka ia memiliki kecenderungan untuk memimpin, mengerahkan
power-nya. Konsep dari referent power menjelaskan bagaimana seorang pemimpin
yang kharismatik berhasil mengerahkan banyak kontrol atas kelompok mereka. Awalnya
istilah “charisma” diperkenalkan oleh seorang sosiolog, Max Weber. Sebenarnya,
“charisma” dideskrpsikan sebagai kekuatan tersendiri yang diberikan Tuhan
kepada individu tertentu. Individu ini biasanya terlihat luar biasa, dan mereka
dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi ini.
5. Expert
Power
Pengaruh
yang muncul karena adanya keyakinan anggota bahwa pemegang kekuasaan memiliki
ketrampilan dan kemampuan yang unggul. Contoh dari expert power, antara lain:
1) Dokter
yang menginterpretasikan gejala dari pasien.
2) Guru
mendikte ejaan yang benar pada siswa.
3) Teknisi
computer memberikan saran kepada pengguna PC.
6. Informational
Power
Pengaruh
yang muncul berdasarkan adanya sumber daya informasi yang berguna, misal
argument rasional, persuasi, dan data faktual.
1.
Group
Power
a. Intragroup:
kekuasaan antar anggota di dalam kelompok itu sendiri.
b. Seorang
individu memengaruhi anggota kelompoknya.
Misalnya dalam satu kelas terdapat kubu
mayoritas yang setuju akan berangkat ke Bali untuk rekreasi. Sedangkan kubu
minoritas yang tidak ingin pergi ke Bali akan terpengaruh kubu mayoritas.
1. Intergroup:
kekuasaan antara suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.
Suatu kelompok yang mayoritas akan memengaruhi kelompok yang minoritas.
Misalnya, kelompok kakak kelas akan lebih mendominasi kelompok adik kelasnya.
Kelompok kakak kelas menjadi kelompok mayoritas karena mungkin merasa lebih
tua.
2.
Power
Tactics
Keenam
sumber power yang telah dijelaskan sebelumnya bukan semata-mata cara untuk
mendapatkan power. Ketika seseorang ingin memiliki pengaruh terhadap
kelompoknya, ia dapat mengungkapkan perilakunya melalui janji, ancaman,
hukuman, informasi, dll. Ada 2 macam Power Tactics, diantaranya:
a. Directness
vs Indirectedness
Directness
merupakan taktik pemberian power dengan perintah langsung dari penguasa, dengan
pemberian reward, dan pemberian punishment sesuai dari penguasa. Misalnya
polisi yang secara langsung mengatur lalu lintas di jalan raya yang sedang
macet. Ketika polisi menghentikan kendaraan, maka kendaraannya akan berhenti.
Jika tidak berhenti, maka polisi dapat memberinya punishmentsecara langsung,
misal dengan menggebrak kendaraan yang lewat.
Indirectedness
merupakan taktik menjalankan power dengan mengambil hati para anggota kelompok
tersebut. Misalnya, sebelum menjadi presiden, SBY melakukan banyak kampanye
dengan mengutarakan janji dan perubahan untuk Indonesia. Dari situ, maka SBY
mendapatkan simpati dari rakyat, sehingga rakyat banyak mendukungnya untuk
menjadi presiden.
b. Rationality
vs Nonrational
Rationality
merupakan taktik yang mengungkapkan alasan, logika, dan penilaian baik, seperti
diskusi dan negosiasi. Pemimpin masih mendengarkan aspirasi anggotanya dan
pemimpin memiliki goal yang baik, tidak semata-mata untuk menguasai. Misalnya,
seorang manager yang terus berdedikasi untuk memimpin perusahaan agar terus
maju dan berkembang.
Sedangkan
memberikan power dengan cara mengambil hati para anggotanya termasuk taktik
yang nonrasional karena motif untuk menguasai dilandasi oleh emosional belaka.
Misalnya, seorang kapten grup basket yang berkuasa hanya untuk kepentingannya
sendiri, misal supaya ia dihargai dan dipatuhi oleh anggotanya.
c. Bilateral
vs Unilateral
Taktik
bilateral merupakan taktik penegakan kekuasaan dengan kerja sama antara
penguasa dan anggota, misal seorang pemimpin yang mendiskusikan persoalan
dengan anggotanya sebelum mengambil keputusan. Sedangkan taktik unilateral
merupakan taktik yang tidak ada unsur kerjasama antara pemimpin dan anggotanya.
Misalnya, pemimpin yang selalu mengambil keputusan tanpa mendiskusikan dengan
anggotanya.
3.
The
Dynamics of Authority
Berikut
merupakan bagan adanya mayoritas dan minoritas
Ketika
seseorang kehilangan otoritasnya terhadap individu lain karena ia telah
bersinggah ke pangkat yang otoritasnya lebih tinggi, maka situasi ini disebut
juga dengan agentic state. Ada 3 konsep yang membentuk dinamika kewenangan ini,
diantaranya:
a. Responsibility
and Obedience
Blass,
Hamilton dan Sanders (dalam Forsyth, 2008) menyatakan bahwa mereka yang
menempati posisi otoritas dalam kelompok, seperti manager pemimpin, dan boss
secara umum terlihat lebih bertanggungjawab daripada mereka yang menempati
posisi dibawahnya, seperti pegawai. Semakin tinggi tanggungjawabnya, maka akan
semakin tinggi otoritasnya, sehingga kemungkinan untuk dipatuhi juga semakin
tinggi.
b. The
Power of Roles
Peran
sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang. Semakin tinggi peran atau
jabatan seseorang, maka ia akan mengambil peran untuk memimpin anggota-anggota
di bawahnya. Misalnya seorang dosen yang berperan sebagai pendidik akan cenderung
mengambil peran untuk memimpin mahasiswa didiknya.
c. Commitment
and Obedience
Individu
yang akan memberikan pengaruh terhadap targetnya mula-mula akan meminta
permintaaan sederhana terhadap targetnya. Ketika target memenuhi permintaannya,
maka individu yang memberikan pengaruh akan meminta permintaan yang lebih
besar, sehingga target mulai berkomitmen untuk mematuhi apa yang diminta
individu tsb. Terjadinya hal ini merupakan bentuk dari foot-in-the-door
technique.
4.
Mandate
Phenomenone
Kekuasaan
yang diperoleh oleh individu cenderung digunakan untuk mempengaruhi orang lain.
Namun tidak hanya sekedar mempengaruhi saja, tapi juga mengubah persepsi orang
tersebut. Seperti contohnya Franklin D. Roosevelt dimana dirinya memilik
kekuasaan sehingga beliau mampu mempengaruhi banyak orang untuk memilihnya
menjadi presiden Amerika Serikat sebanyak empat kali. Apabila seorang pemimpin
menggunakan kekuasaannya melebihi batas atau terlalu kuat, maka kewibawaannya
akan menurun dan masyarakat tidak mau memilih pemimpin tersebut lagi. Tidak
hanya Franklin D. Roosevelt saja, ada beberapa pemimpin lain yang mendapat
dukungan yang banyak dari masyarakat seperti Lyndon Johnson dan Richard
Neon. Penelitian mengenai pemimpin yang
dipilih oleh kelompok pada saat mereka diminta untuk menyelesaikan masalah
mengenai ruangan yang berbau tidak sedap. Dari fenomena tersebut peneliti
memprediksi bahwa individu lebih merasa mendapat dukungan yang besar sekali
dari kelompok yang mereka pilih sendiri dibandingkan dengan mayoritas tunggal
dengan kondisi terkontrol.
5.
Iron
Law Oligarchy
Iron
law oligarchy ini dipopulerkan pertama kali oleh Robert Michels. Dapat
dikatakan iron law oligarchy ketika seseorang atau sekelompok orang cenderung
ingin tetap berkuasa agar mereka dapat menikmati hasil dari kekuasaannya.
Kebutuhan seseorang akan kekuasaan seperti yang dikatakan oleh Mc Clelland akan
membuat orang tersebut termotivasi sehingga mereka mengeluarkan energinya agar
mencapai tempat tertinggi atau kedudukan terbaik dalam suatu organisasi. Biasanya
orang yang sudah memiliki kedudukan yang tinggi, mereka lebih mementingkan
kebutuhan pribadi mereka.
6.
Question
Authority
Pemimpin
menurut Robbet D. Stuart (2002) adalah orang yang mampu memberi petunjuk,
mengkoordinasi, serta mempengaruhi baik bawahan maupun rekan kerjanya agar apa
yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai. Sedangkan menurut
James P. Spillane (2006) pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang
lain dan dampak yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan dampak dari
pengaruh orang lain terhadap dirinya. Dari penjabaran di atas, dapat
dikemukakan bahwa baik dalam organisasi apapun, baik besar maupun kecil,
diperlukan seorang pemimpin untuk mengkoordinasi jalannya suatu organisasi
serta mempengaruhi rekan atau bawahannya agar tujuan dari organisasi dapat
tercapai. Apabila seorang pemimpin tidak mampu mengkoordinasi dan mempengaruhi
bawahannya, atau pemimpin bertindak dengan tidak wajar, hal tersebut akan
memberikan dampak negative terhadap jalannya organisasi. Motivasi kerja dari
bawahan akan menurun, terjadi konflik dalam organisasi, dad lebih lagi tujuan
dari organisasi tidak akan tercapai.
A.
MAYORITAS
DAN MINORITAS
Dalam
kehidupan bermasyarakat, hampir dimana ada mayoritas, baik di bidang agama,
ekonomi, moral, politik, dsb, yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih
sering mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Hubungan
antara kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik social yang ditandai
oleh sikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat
(Schwingenschlögl, 2007). Secara umum,
kelompok yang dominan cenderung mempertahankan posisinya yang ada sekarang dan
menahan proses perubahan sosial yang mungkin akan mengacaukan status tersebut.
Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong mereka untuk melakukan penindasan
dan menyia-nyiakan potensi produktif dari kaum minoritas (Griffiths, 2006).
Istilah
“dominasi mayoritas”, dimana pihak mayoritas mendominasi sehingga pihak
minoritas terkalahkan kepentingannya. Contohnya yaitu pada suatu negara dimana
penduduk aslinya yang mayoritas mungkin saja mengabaikan kepentingan penduduk
pendatang yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Sedangkan di sisi sebaliknya,
istilah yang benar adalah “tirani minoritas”, di mana pihak yang sedikit
jumlahnya, tapi karena terlalu kuat menjadi sewenang-wenang dan menekan pihak
yang jumlahnya lebih banyak. Contohnya adalah kediktatoran. Seorang diktator,
meskipun suaranya tidak mencerminkan mayoritas rakyat tapi karena kekuatannya,
dia menekan mayoritas rakyat (Huang, 2009).
Salah
satu faktor dari mayoritas adalah karena jumlah anggota grup yang banyak.
Seiring dengan bertambah banyaknya anggota, maka social influence group
tersebut semakin besar. Kebanyakan kaum minoritas sering mengalami kesulitan
atau hambatan saat berhadapan dengan kaum mayoritas. Faktor yang mempengaruhi
adanya hambatan tersebut menurut Purwasito (2003, dalam Reslawati) antara lain
prasangka histories, diskriminasi, dan perasaan superioritas in-group feeling
yang berlebihan. Sebagai contoh, penelitian Pasurdi (dalam Reslawati)
menunjukkan bahwa orang-orang Jawa yang menetap di Bandung cenderung untuk
berlaku seperti layaknya orang Sunda dan menaati semua peraturan di
tempat-tempat umum, hal ini terjadi terutama pada masyarakat Jawa menegah
kebawah.
Namun,
tidak selalu kaum mayoritas yang memegang pengaruh kuat, kaum minoritas pun
dapat berpengaruh meskipun dengan jumlah anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kaum mayoritas. Clark (1990, dalam Forysth) mengatakan
bahwa kaum minoritas yang mengajukan pendapat yang bertentangan dengan
mayoritas cenderung lebih berpengaruh daripada minoritas yang gagal untuk
membantah mayoritas.
Bagan
adanya mayoritas dan minoritas:
Keterangan:
a. Mayoritas
mutlak terjadi ketika jumlah anggota tsb lebih banyak dan kekuatan kelompok tsb
juga lebih besar.
b. Conversion
terjadi ketika jumlah anggota tsb lebih sedikit, namun memiliki kekuatan lebih
besar. Misalnya para petinggi Negara. Jumlah mereka lebih sedikit daripada
jumlah rakyat yang mereka pimpin, namun mereka memiliki keuatan untuk menjadi
kelompok mayoritas yakni dari jabatan yang mereka miliki.
c. Silent
majority terjadi ketika jumlah anggota kelompok lebih banyak, namun kekuatannya
tidak besar. Misalnya rakyat. Secara kuantitas rakyat berjumlah lebih besar
dari petinggi negara, namun berjalannya negara ini tetap berjalan sesuai
keputusan dari para petinggi negara. Disini rakyat merupakan kelompok dengan
silent majority.
d. Minoritas mutlak terjadi ketika jumlah
anggota kelompok lebih sedikit dan kekuatan kelompok ini juga rendah. Jadi
kelompok ini sering terpengaruh oleh kelompok lain yang mayoritas.
Mayoritas
dan minoritas dapat berdampak negative bagi masyarakat baik bagi kaum minoritas
maupun pada kaum mayoritas itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya perilaku
diskriminatif yang muncul karena menganggap kelompok lain sebagai out-group
yang merupakan lawan bagi mereka terutama bagi kaum minoritas yang dianggap
asing oleh kaum mayoritas. Adanya perilaku diskriminatif ini menimbulkan
konflik social dimana salah satu pihak kelompok merasa dirugikan dan ditindas
(Griffiths, 2006).
Mayoritas
bisa terjadi baik dalam minoritas maupun mayoritas. Mayoritas dalam minoritas
yaitu dimana kaum minoritas mempunyai kekuasaan yang lebih besar dibandingkan
dengan kaum mayoritas. Digambarkan dalam tindakan penjajahan (expansion).
Dimana kaum minoritas yang lebih tangguh, lebih depresif, lebih expansif bisa
untuk menundukan kaum mayoritas yang masih terbelakang dalam hal ilmu,
pemikiran, dan tindakan.Sedangkan, mayoritas dalam mayoritas adalah dimana kaum
mayoritas mempunyai kekuasaan absolut dimana kaum minoritas tidak diperbolehkan
untuk memprotes, menjatuhkan, menduduki jabatan dalam pemerintahan ataupun
strata sosial. Kaum mayoritas menjadi lebih depresif dan agresif dimana ada
sedikit saja kaum minoritas yang melakukan protes maka akan ditindak dengan
hukum maksimum. Seperti Negara Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan
China (Fazio, 2001).
Kelompok
minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa,
suku bangsa, agama, atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk.
Minoritas sebagai ‘kelompok’ yang dilihat dari jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya dari negara bersangkutan dalam
posisi yang tidak dominan. Keanggotaannya memiliki karakteristik etnis, agama,
maupun bahasa yang berbeda dengan populasi lainnya dan menunjukkan setidaknya
secara implisit sikap solidaritas yang ditujukan pada melestarikan budaya,
tradisi, agama dan bahasa. Definisi minoritas umumnya hanya menyangkut jumlah.
Suatu kelompok dikatakan sebagai minoritas apabila jumlah anggota kelompok
tersebut secara signifikan jauh lebih kecil daripada kelompok lain di dalam
komunitas. Dari sudut pandang ilmu sosial pengertian minoritas tidak selalu
terkait dengan jumlah anggota. Suatu kelompok akan dianggap kelompok minoritas
apabila anggota-anggotanya memiliki kekuasaan, kontrol dan pengaruh yang lemah
terhadap kehidupannya sendiri dibanding anggota-anggota kelompok dominan. Jadi,
bisa saja suatu kelompok secara jumlah anggota merupakan mayoritas tetapi
dikatakan sebagai kelompok minoritas karena kekuasan, kontrol, dan pengaruh
yang dimiliki lebih kecil daripada kelompok yang jumlah anggotanya lebih
sedikit. Menurut Brehm & Kassim (1994), loyalitas terhadap kelompok,
demikian juga prasangka rasial (etnik) lebih intens pada kelompok minoritas
daripada kelompok mayoritas karena identitas sosial mereka selalu terancam oleh
kelompok mayoritas. Ancaman terhadap etnik minoritas tidak hanya datang dari
besarnya kemungkinan menjadi sasaran kekerasan tetapi juga terhadap identitas
kultur mereka.
1. Social
Comparison
Dalam
hal ini ketika seseorang mendapatkan suatu informasi maka ia akan melihat
terlebih dahulu bagaimana respon dari orang-orang di sekitarnya sebelum ia
terpengaruh dengan informasi yang didapatkan. Jadi, disini seseorang
menggunakan perbandingan sosial untuk menentukan apakah ia akan ikut
terpengaruh atau tidak dengan suatu informasi yang didapat.
2. Systematic
Processing of Information
Dalam
systematic processing of information ini ketika seseorang mendapatkan suatu
informasi maka seseorang tersebut akan mencari informasi tambahan sebelum ia
ikut terpengaruh dengan informasi yang didapat. Jadi, ada proses analisis
antara informasi yang telah didapat dengan infromasi tambahan yang telah
didapat pula sebelum seseorang tersebut ikut terpengaruh oleh informasi yang
didapat sebelumnya.
3. Heuristic
Thought Influence
Heuristic
thought influence merupakan kebalikan dari systematic processing of information
dimana seseorang akan langsung terpengaruh dengan informasi yang didapat tanpa
ada proses analisis antara informasi yang telah didapat dengan informasi
tambahan yang telah didapat pula. Jadi disini seseorang sudah malas untuk
mempertimbangkan dan menganalisis informasi yang telah didapat.
4. Normative
Influences
Disini
seseorang akan menyesuaikan perilakunya berdasarkan standar kelompok yang telah
disepakati oleh seluruh anggota kelompok yang ada. Jadi, seseorang yang berada
dalam suatu kelompok tertentu secara otomatis akan menyesuaikan perlikunya
berdasarkan norma kelompoknya.
5. Interpersonal
Influence
Schachter memperkirakan bahwa
kelompok awalnya akan berkomunikasi dengan modus, menyimpang, dan slider pada
tingkat yang sama. Schachter percaya bahwa komunikasi akan terus di tingkatkan
untuk pendapat mayoritas atau sebagian besar menyimpulkan bahwa tidak akan
menyimpang dari posisinya tapi itu reaksi ini akan diperburuk oleh kohesifitas
kelompok, yang relevansi dari tugas, dan anggota kelompok tidak suka untuk
menyimpang. Interpersonal influence adalah pengaruh antar individu atau
personal.
Influence
and Ostracism: mempengaruhi seseorang di sini bisa dalam bentuk janji, maupun
ancaman. Jika ada seseorang yang mentimpang dalam sebuah kelompk, biasanya
mereka akan dikucilkan. Contohnya, A adalah anak yang tidak disukai oleh
teman-teman di kelasnya, mereka berkata bahwa A adalah anak yang sombong. Namun
si D merasa baikp-baik saja dengan anak itu dan tidak menjauhinya, maka anak
itu pun lama-kelamaan akan dijauhi oleh teman-teman yang lainnya.
Interpersonal
Rejection: penolakan kelompok pada suatu kelompok yang memiliki pengikut yang
sedikit.
6. Application:
understanding juries
Juri
yang diartikan sebagai hakim sejak dulu berfungsi untuk memutuskan mana yang
benar dan salah. Meskipun ada saksi untuk memberikan bukti, tetapi hakim
merupakan orang terakhir yang mengambil keputusan.
7. Dinamika
Juri
Juri
di sini sebagai pengambil keputusan akhir, memutuskan salah dan tidak dengan
melihat berbagai bukti-bukti dan sudut pandang dari orang lain dan terutama
juga dari pengaruh sosial.
Verdict-Driven
dan Evidence-Driven: dalam proses sidang biasanya jika pada akhirnya juri harus
mengambil sebuah keputusan, mereka akan berunding apakah keputusan tersebut
menjadi sebuah rahasia atau bversifat publik. Ketika sebuah keputusan pertama
di putuskan, jika kebanyakan kelompom tidak setuju dengan keputusan tersebut,
maka akan musyawarahkan lagi dengan informasi tambahan tentang bukti-bukti.
Driven verdict: langsung memutuskan dari bukti yang mendukung vonis bersalah
dan bukti yang mendukung vonis tidak bersalah. Evidence-verdict: sebelum
menentukan keputusan akhir, mereka meninjau semua bukti yang ada kemudian baru
membuat sebuah vonis.
Minority
Influence and Verdicts: meskipun pada umumnya kelompok minoritas kalah dalam
sebuah putusan, tapi ada kalanya pihak minoritas dapat membujuk kelompok
mayoritas untuk dalam pendapat mereka.
Status
and influence: dari hasil penelitian Fred L. Strodtbeck dkk, orang yang mempunyai
status yang lebih tinggi, biasanya akan lebih berpengaruh dari pada status
mereka yang lebih rendah. (contohnya seperti pada kasus di persidangan antara
orang yang status ekonominya rendah dan orang yang status ekonominya tinggi)
8. How
Effective Are Juries?
Menurut
studi Asch, kalompok minoritas yang seharusnya benar pun akhirnya kalah dengan
kelompok mayoritas yang justru salah. Melihat hal ini apakah juri masih
efektif?Voir Dire: voir dire yang berarti “berbicara yang sebenarnya” yaitu
pertanyaan-pertanyaan untuk juri dalam mengungkap apakah ada bias, keberpihakan
dan prasangka (West's Encyclopedia of American Law, 2008).
Sumber
– sumber Pengaruh Kelompok
Kekuasaan
Berdasarkan Kedudukan memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan
yang sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri dari: Kewenangan Formal
dan Kekuasaan Pribadi.
Kewenangan
Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan
tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau
sistem sosial.
Kontrol
terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap
sumber daya dan imbalan terkait dengan kedudukan formal. Makin tinggi posisi
seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang
tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan
kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap
informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun
kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut
kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian
pekerjaan.
Kekuasaan
pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan
berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam
organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri
dari: Kekuasaan keahlian (expert power), Kekuasaan kesetiaan (referent power),
dan Kekuasaan karisma.
1)
Kekuasaan keahlian (expert power)
merupakan
kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas
penting. Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin
bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut.
2)
Kekuasaan kesetiaan (referent power)
merupakan
potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan
orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan interaksi antar
pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati.
3)
Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup
penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu mempengaruhi orang lain untuk
suatu tujuan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar