Senin, 11 Desember 2017

PENGARUH KEKUATAN/KEKUASAAN DALAM DINAMIKA KELOMPOK

PENGARUH KEKUATAN/KEKUASAAN

KEKUASAAN (POWER)
Kemampuan untuk memengaruhi hasil seseorang, orang lain, dan lingkungan  (Coleman & Tjosvold,2000). Kekuasaan dari anggota kelompok  yang mengontrol power Base, mereka akan mendapat reward atau punisment, mereka disukai dan dihormati, mereka diterima oleh anggota sebagai pemimpin yang dilegitimasi, mereka yang menguasai keahlian dan informasi khusus. Tidak hanya itu, apabila power dengan social influence itu sendiri merupakna hubungan antar emosi, pendapat dan perilaku dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh suatu individu tertentu.

Kepatuhan Terhadap Otoritas
Bertrand Russell mengemukakan bahwa “konsep utama dalam ilmusosial adalah kekuasaan, sama seperti energy dalam konsep dasar fisika”.Orang yang berkuasa dapat membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya sendiri. Mereka dapat meramalkan dan menghasilkan efek yang diharapkan dari orang lain, bahkan saat orang lain tersebut berusaha untuk menolak.
Rasionalitas : taktik yang menekankan penalaran, logika, dan penilaian yang baik adalah taktik rasional, contohnya adalah negosiasi dan persuasi. Menjilat dan evasion adalah taktik mempengaruhi yang nonrasional, karena mereka bergantung pada emosionalitas dan informasi yang tidak benar.
Bilateralitas : Beberapa taktik yang interaktif, yang melibatkan give-and-take pada bagian kedua influencer dan target. taktik bilateral tersebut meliputi persuasi, diskusi, dan negosiasi. taktik unilateral, sebaliknya, dapat diberlakukan tanpa kerjasama dari target. Taktik meliputi tuntutan,faitsaccomplis, evasion, dan disengagement.

Eksperimen Milgram
Stanley Milgram mempelajari kelompok pada suatu otoritas dengan menciptakan kelompok kecil dalam laboratoriumnya di Universitas Yale.Sebagai pemimpin eksperimen tersebut, ia menetapkan masing-masing agenda kelompok, dan tugas anggota kelompok. Ilustrasi percobaan Milgram: E adalah penguji, T adalah guru atau peserta percobaan sedangkan L adalah murid yang sebenarnya adalah aktor.
Power Bases
Kekuasaan pada dasarnya merupakan sumber daya kekuatan sosial atas orang lain, termasuk kemampuan untuk menghargai dan menghukum, status, tarik, keahlian, dan informasi (Forsyth, 1998). Kekuasaan terbagi menjadi:
Personal Power
Mereka yang dapat memberikan reward dan punishment, mereka yang dihormati, mereka yang diterima sebagai individu yang memiliki kewenangan sah, dan mereka yang ahli dalam bidang tertentu, serta mereka yang memiliki informasi yang bermanfaat memiliki potensi untuk berkuasa pada suatu grup. French dan Raven (dalam Forsyth, 1998) mengidentifikasi 6 faktor terbentuknya personal power, sebagai berikut :
1.      Reward Power
Mereka yang dapat memberikan penghargaan atau reward terhadap anggota grupnya, maka mereka cenderung memiliki power. Contoh dari reward tersebut, misalnya:
1)            mendapatkan juara 1 karena nilai yang bagus
2)            pemberian gaji kepada para pekerja
3)            kebebasan pada para narapidana, dll.
Menurut social exchange theory, power akan semakin kuat ketika:
1)            Rewardsemakin berharga
2)            Para anggota grup bergantung kepada pemegang kekuasaan
3)            Perjanjian pemberian reward dari pemegang kekuasaan terlihat rasional



2.      Coercive Power
Individu yang berkemampuan untuk memberikan hukuman atau punishment kepada anggota yang tidak memenuhi permintaan atau tuntutan juga cenderung memiliki power. Contoh dari punishmentyang dimaksud, misalnya:
1)            guru menghukum murid yang nakal dengan pemberian PR.
2)            saling menghina dan mempermalukan teman.
3)            memaksa anggota kelompok dengan kekerasan fisik.
Individu juga melakukan koersi untuk memengaruhi anggota kelompok lain, meskipun, kebanyakan tetap menggunakan reward  ketika keduanya dapat digunakan (Molm, dalam Forsyth 1998).
3.      Legitimate Power
Individu yang dianggap memiliki kekuasaan dan hak yang sah hak untuk meminta dan memberikan tuntutan. Dengan kata lain, anggota grup wajib dan memiliki kesadaran untuk patuh terhadap pemegang kekuasaan. Contoh dari legitimate power, misal:
1)            Polisi menyuruh narapidana untuk bekerja membersihkan sel.
2)            Dosen menunggu mahasiswa untuk tenang sebelum kuliah dimulai.
3)            Seorang sersan meminta perhatian kepada seluruh barisan.
Anggota grup menaati kewenangan karena secara pribadi mereka menerima norma kelompoknya. Mereka secara sukarela patuh karena internalisasi dari kesetiaan dan kewajiban moral.
4.      Referent Power
Kekuasaan ini didasarkan pada identifikasi faktor tertentu, misal attractiveness dan respect terhadap pemegang kekuasaan. Siapa yang paling dihormati, siapa yang paling disukai, maka ia memiliki kecenderungan untuk memimpin, mengerahkan power-nya. Konsep dari referent power menjelaskan bagaimana seorang pemimpin yang kharismatik berhasil mengerahkan banyak kontrol atas kelompok mereka. Awalnya istilah “charisma” diperkenalkan oleh seorang sosiolog, Max Weber. Sebenarnya, “charisma” dideskrpsikan sebagai kekuatan tersendiri yang diberikan Tuhan kepada individu tertentu. Individu ini biasanya terlihat luar biasa, dan mereka dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi ini.

5.      Expert Power
Pengaruh yang muncul karena adanya keyakinan anggota bahwa pemegang kekuasaan memiliki ketrampilan dan kemampuan yang unggul. Contoh dari expert power, antara lain:
1)      Dokter yang menginterpretasikan gejala dari pasien.
2)      Guru mendikte ejaan yang benar pada siswa.
3)      Teknisi computer memberikan saran kepada pengguna PC.
6.      Informational Power
Pengaruh yang muncul berdasarkan adanya sumber daya informasi yang berguna, misal argument rasional, persuasi, dan data faktual.

1.      Group Power
a.       Intragroup: kekuasaan antar anggota di dalam kelompok itu sendiri.
b.      Seorang individu memengaruhi anggota kelompoknya.
Misalnya dalam satu kelas terdapat kubu mayoritas yang setuju akan berangkat ke Bali untuk rekreasi. Sedangkan kubu minoritas yang tidak ingin pergi ke Bali akan terpengaruh kubu mayoritas.
1.      Intergroup: kekuasaan antara suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.
  Suatu kelompok yang mayoritas akan memengaruhi kelompok yang minoritas. Misalnya, kelompok kakak kelas akan lebih mendominasi kelompok adik kelasnya. Kelompok kakak kelas menjadi kelompok mayoritas karena mungkin merasa lebih tua.

2.      Power Tactics
Keenam sumber power yang telah dijelaskan sebelumnya bukan semata-mata cara untuk mendapatkan power. Ketika seseorang ingin memiliki pengaruh terhadap kelompoknya, ia dapat mengungkapkan perilakunya melalui janji, ancaman, hukuman, informasi, dll. Ada 2 macam Power Tactics, diantaranya:
a.       Directness vs Indirectedness
Directness merupakan taktik pemberian power dengan perintah langsung dari penguasa, dengan pemberian reward, dan pemberian punishment sesuai dari penguasa. Misalnya polisi yang secara langsung mengatur lalu lintas di jalan raya yang sedang macet. Ketika polisi menghentikan kendaraan, maka kendaraannya akan berhenti. Jika tidak berhenti, maka polisi dapat memberinya punishmentsecara langsung, misal dengan menggebrak kendaraan yang lewat.
Indirectedness merupakan taktik menjalankan power dengan mengambil hati para anggota kelompok tersebut. Misalnya, sebelum menjadi presiden, SBY melakukan banyak kampanye dengan mengutarakan janji dan perubahan untuk Indonesia. Dari situ, maka SBY mendapatkan simpati dari rakyat, sehingga rakyat banyak mendukungnya untuk menjadi presiden.
b.      Rationality vs Nonrational
Rationality merupakan taktik yang mengungkapkan alasan, logika, dan penilaian baik, seperti diskusi dan negosiasi. Pemimpin masih mendengarkan aspirasi anggotanya dan pemimpin memiliki goal yang baik, tidak semata-mata untuk menguasai. Misalnya, seorang manager yang terus berdedikasi untuk memimpin perusahaan agar terus maju dan berkembang.
Sedangkan memberikan power dengan cara mengambil hati para anggotanya termasuk taktik yang nonrasional karena motif untuk menguasai dilandasi oleh emosional belaka. Misalnya, seorang kapten grup basket yang berkuasa hanya untuk kepentingannya sendiri, misal supaya ia dihargai dan dipatuhi oleh anggotanya.
c.       Bilateral vs Unilateral
Taktik bilateral merupakan taktik penegakan kekuasaan dengan kerja sama antara penguasa dan anggota, misal seorang pemimpin yang mendiskusikan persoalan dengan anggotanya sebelum mengambil keputusan. Sedangkan taktik unilateral merupakan taktik yang tidak ada unsur kerjasama antara pemimpin dan anggotanya. Misalnya, pemimpin yang selalu mengambil keputusan tanpa mendiskusikan dengan anggotanya.

3.      The Dynamics of Authority
Berikut merupakan bagan adanya mayoritas dan minoritas
Ketika seseorang kehilangan otoritasnya terhadap individu lain karena ia telah bersinggah ke pangkat yang otoritasnya lebih tinggi, maka situasi ini disebut juga dengan agentic state. Ada 3 konsep yang membentuk dinamika kewenangan ini, diantaranya:
a.       Responsibility and Obedience
Blass, Hamilton dan Sanders (dalam Forsyth, 2008) menyatakan bahwa mereka yang menempati posisi otoritas dalam kelompok, seperti manager pemimpin, dan boss secara umum terlihat lebih bertanggungjawab daripada mereka yang menempati posisi dibawahnya, seperti pegawai. Semakin tinggi tanggungjawabnya, maka akan semakin tinggi otoritasnya, sehingga kemungkinan untuk dipatuhi juga semakin tinggi.
b.      The Power of Roles
Peran sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang. Semakin tinggi peran atau jabatan seseorang, maka ia akan mengambil peran untuk memimpin anggota-anggota di bawahnya. Misalnya seorang dosen yang berperan sebagai pendidik akan cenderung mengambil peran untuk memimpin mahasiswa didiknya.
c.       Commitment and Obedience
Individu yang akan memberikan pengaruh terhadap targetnya mula-mula akan meminta permintaaan sederhana terhadap targetnya. Ketika target memenuhi permintaannya, maka individu yang memberikan pengaruh akan meminta permintaan yang lebih besar, sehingga target mulai berkomitmen untuk mematuhi apa yang diminta individu tsb. Terjadinya hal ini merupakan bentuk dari foot-in-the-door technique.

4.      Mandate Phenomenone
Kekuasaan yang diperoleh oleh individu cenderung digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Namun tidak hanya sekedar mempengaruhi saja, tapi juga mengubah persepsi orang tersebut. Seperti contohnya Franklin D. Roosevelt dimana dirinya memilik kekuasaan sehingga beliau mampu mempengaruhi banyak orang untuk memilihnya menjadi presiden Amerika Serikat sebanyak empat kali. Apabila seorang pemimpin menggunakan kekuasaannya melebihi batas atau terlalu kuat, maka kewibawaannya akan menurun dan masyarakat tidak mau memilih pemimpin tersebut lagi. Tidak hanya Franklin D. Roosevelt saja, ada beberapa pemimpin lain yang mendapat dukungan yang banyak dari masyarakat seperti Lyndon Johnson dan Richard Neon.  Penelitian mengenai pemimpin yang dipilih oleh kelompok pada saat mereka diminta untuk menyelesaikan masalah mengenai ruangan yang berbau tidak sedap. Dari fenomena tersebut peneliti memprediksi bahwa individu lebih merasa mendapat dukungan yang besar sekali dari kelompok yang mereka pilih sendiri dibandingkan dengan mayoritas tunggal dengan kondisi terkontrol.

5.      Iron Law Oligarchy
Iron law oligarchy ini dipopulerkan pertama kali oleh Robert Michels. Dapat dikatakan iron law oligarchy ketika seseorang atau sekelompok orang cenderung ingin tetap berkuasa agar mereka dapat menikmati hasil dari kekuasaannya. Kebutuhan seseorang akan kekuasaan seperti yang dikatakan oleh Mc Clelland akan membuat orang tersebut termotivasi sehingga mereka mengeluarkan energinya agar mencapai tempat tertinggi atau kedudukan terbaik dalam suatu organisasi. Biasanya orang yang sudah memiliki kedudukan yang tinggi, mereka lebih mementingkan kebutuhan pribadi mereka.

6.      Question Authority
Pemimpin menurut Robbet D. Stuart (2002) adalah orang yang mampu memberi petunjuk, mengkoordinasi, serta mempengaruhi baik bawahan maupun rekan kerjanya agar apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai. Sedangkan menurut James P. Spillane (2006) pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan dampak yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan dampak dari pengaruh orang lain terhadap dirinya. Dari penjabaran di atas, dapat dikemukakan bahwa baik dalam organisasi apapun, baik besar maupun kecil, diperlukan seorang pemimpin untuk mengkoordinasi jalannya suatu organisasi serta mempengaruhi rekan atau bawahannya agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. Apabila seorang pemimpin tidak mampu mengkoordinasi dan mempengaruhi bawahannya, atau pemimpin bertindak dengan tidak wajar, hal tersebut akan memberikan dampak negative terhadap jalannya organisasi. Motivasi kerja dari bawahan akan menurun, terjadi konflik dalam organisasi, dad lebih lagi tujuan dari organisasi tidak akan tercapai.

A.     MAYORITAS DAN MINORITAS
Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir dimana ada mayoritas, baik di bidang agama, ekonomi, moral, politik, dsb, yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Hubungan antara kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik social yang ditandai oleh sikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat (Schwingenschlögl, 2007).  Secara umum, kelompok yang dominan cenderung mempertahankan posisinya yang ada sekarang dan menahan proses perubahan sosial yang mungkin akan mengacaukan status tersebut. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong mereka untuk melakukan penindasan dan menyia-nyiakan potensi produktif dari kaum minoritas (Griffiths, 2006).
Istilah “dominasi mayoritas”, dimana pihak mayoritas mendominasi sehingga pihak minoritas terkalahkan kepentingannya. Contohnya yaitu pada suatu negara dimana penduduk aslinya yang mayoritas mungkin saja mengabaikan kepentingan penduduk pendatang yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Sedangkan di sisi sebaliknya, istilah yang benar adalah “tirani minoritas”, di mana pihak yang sedikit jumlahnya, tapi karena terlalu kuat menjadi sewenang-wenang dan menekan pihak yang jumlahnya lebih banyak. Contohnya adalah kediktatoran. Seorang diktator, meskipun suaranya tidak mencerminkan mayoritas rakyat tapi karena kekuatannya, dia menekan mayoritas rakyat (Huang, 2009).
Salah satu faktor dari mayoritas adalah karena jumlah anggota grup yang banyak. Seiring dengan bertambah banyaknya anggota, maka social influence group tersebut semakin besar. Kebanyakan kaum minoritas sering mengalami kesulitan atau hambatan saat berhadapan dengan kaum mayoritas. Faktor yang mempengaruhi adanya hambatan tersebut menurut Purwasito (2003, dalam Reslawati) antara lain prasangka histories, diskriminasi, dan perasaan superioritas in-group feeling yang berlebihan. Sebagai contoh, penelitian Pasurdi (dalam Reslawati) menunjukkan bahwa orang-orang Jawa yang menetap di Bandung cenderung untuk berlaku seperti layaknya orang Sunda dan menaati semua peraturan di tempat-tempat umum, hal ini terjadi terutama pada masyarakat Jawa menegah kebawah.
Namun, tidak selalu kaum mayoritas yang memegang pengaruh kuat, kaum minoritas pun dapat berpengaruh meskipun dengan jumlah anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan kaum mayoritas. Clark (1990, dalam Forysth) mengatakan bahwa kaum minoritas yang mengajukan pendapat yang bertentangan dengan mayoritas cenderung lebih berpengaruh daripada minoritas yang gagal untuk membantah mayoritas.
Bagan adanya mayoritas dan minoritas:
Keterangan:
a.       Mayoritas mutlak terjadi ketika jumlah anggota tsb lebih banyak dan kekuatan kelompok tsb juga lebih besar.
b.      Conversion terjadi ketika jumlah anggota tsb lebih sedikit, namun memiliki kekuatan lebih besar. Misalnya para petinggi Negara. Jumlah mereka lebih sedikit daripada jumlah rakyat yang mereka pimpin, namun mereka memiliki keuatan untuk menjadi kelompok mayoritas yakni dari jabatan yang mereka miliki.
c.       Silent majority terjadi ketika jumlah anggota kelompok lebih banyak, namun kekuatannya tidak besar. Misalnya rakyat. Secara kuantitas rakyat berjumlah lebih besar dari petinggi negara, namun berjalannya negara ini tetap berjalan sesuai keputusan dari para petinggi negara. Disini rakyat merupakan kelompok dengan silent majority.
d.  Minoritas mutlak terjadi ketika jumlah anggota kelompok lebih sedikit dan kekuatan kelompok ini juga rendah. Jadi kelompok ini sering terpengaruh oleh kelompok lain yang mayoritas.

Mayoritas dan minoritas dapat berdampak negative bagi masyarakat baik bagi kaum minoritas maupun pada kaum mayoritas itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya perilaku diskriminatif yang muncul karena menganggap kelompok lain sebagai out-group yang merupakan lawan bagi mereka terutama bagi kaum minoritas yang dianggap asing oleh kaum mayoritas. Adanya perilaku diskriminatif ini menimbulkan konflik social dimana salah satu pihak kelompok merasa dirugikan dan ditindas (Griffiths, 2006).
Mayoritas bisa terjadi baik dalam minoritas maupun mayoritas. Mayoritas dalam minoritas yaitu dimana kaum minoritas mempunyai kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan kaum mayoritas. Digambarkan dalam tindakan penjajahan (expansion). Dimana kaum minoritas yang lebih tangguh, lebih depresif, lebih expansif bisa untuk menundukan kaum mayoritas yang masih terbelakang dalam hal ilmu, pemikiran, dan tindakan.Sedangkan, mayoritas dalam mayoritas adalah dimana kaum mayoritas mempunyai kekuasaan absolut dimana kaum minoritas tidak diperbolehkan untuk memprotes, menjatuhkan, menduduki jabatan dalam pemerintahan ataupun strata sosial. Kaum mayoritas menjadi lebih depresif dan agresif dimana ada sedikit saja kaum minoritas yang melakukan protes maka akan ditindak dengan hukum maksimum. Seperti Negara Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan China (Fazio, 2001).

Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama, atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Minoritas sebagai ‘kelompok’ yang dilihat dari jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk lainnya dari negara bersangkutan dalam posisi yang tidak dominan. Keanggotaannya memiliki karakteristik etnis, agama, maupun bahasa yang berbeda dengan populasi lainnya dan menunjukkan setidaknya secara implisit sikap solidaritas yang ditujukan pada melestarikan budaya, tradisi, agama dan bahasa. Definisi minoritas umumnya hanya menyangkut jumlah. Suatu kelompok dikatakan sebagai minoritas apabila jumlah anggota kelompok tersebut secara signifikan jauh lebih kecil daripada kelompok lain di dalam komunitas. Dari sudut pandang ilmu sosial pengertian minoritas tidak selalu terkait dengan jumlah anggota. Suatu kelompok akan dianggap kelompok minoritas apabila anggota-anggotanya memiliki kekuasaan, kontrol dan pengaruh yang lemah terhadap kehidupannya sendiri dibanding anggota-anggota kelompok dominan. Jadi, bisa saja suatu kelompok secara jumlah anggota merupakan mayoritas tetapi dikatakan sebagai kelompok minoritas karena kekuasan, kontrol, dan pengaruh yang dimiliki lebih kecil daripada kelompok yang jumlah anggotanya lebih sedikit. Menurut Brehm & Kassim (1994), loyalitas terhadap kelompok, demikian juga prasangka rasial (etnik) lebih intens pada kelompok minoritas daripada kelompok mayoritas karena identitas sosial mereka selalu terancam oleh kelompok mayoritas. Ancaman terhadap etnik minoritas tidak hanya datang dari besarnya kemungkinan menjadi sasaran kekerasan tetapi juga terhadap identitas kultur mereka.

1.      Social Comparison
Dalam hal ini ketika seseorang mendapatkan suatu informasi maka ia akan melihat terlebih dahulu bagaimana respon dari orang-orang di sekitarnya sebelum ia terpengaruh dengan informasi yang didapatkan. Jadi, disini seseorang menggunakan perbandingan sosial untuk menentukan apakah ia akan ikut terpengaruh atau tidak dengan suatu informasi yang didapat.
2.      Systematic Processing of Information
Dalam systematic processing of information ini ketika seseorang mendapatkan suatu informasi maka seseorang tersebut akan mencari informasi tambahan sebelum ia ikut terpengaruh dengan informasi yang didapat. Jadi, ada proses analisis antara informasi yang telah didapat dengan infromasi tambahan yang telah didapat pula sebelum seseorang tersebut ikut terpengaruh oleh informasi yang didapat sebelumnya.
3.      Heuristic Thought Influence
Heuristic thought influence merupakan kebalikan dari systematic processing of information dimana seseorang akan langsung terpengaruh dengan informasi yang didapat tanpa ada proses analisis antara informasi yang telah didapat dengan informasi tambahan yang telah didapat pula. Jadi disini seseorang sudah malas untuk mempertimbangkan dan menganalisis informasi yang telah didapat.
4.      Normative Influences
Disini seseorang akan menyesuaikan perilakunya berdasarkan standar kelompok yang telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok yang ada. Jadi, seseorang yang berada dalam suatu kelompok tertentu secara otomatis akan menyesuaikan perlikunya berdasarkan norma kelompoknya.
5.      Interpersonal Influence
            Schachter memperkirakan bahwa kelompok awalnya akan berkomunikasi dengan modus, menyimpang, dan slider pada tingkat yang sama. Schachter percaya bahwa komunikasi akan terus di tingkatkan untuk pendapat mayoritas atau sebagian besar menyimpulkan bahwa tidak akan menyimpang dari posisinya tapi itu reaksi ini akan diperburuk oleh kohesifitas kelompok, yang relevansi dari tugas, dan anggota kelompok tidak suka untuk menyimpang. Interpersonal influence adalah pengaruh antar individu atau personal.
Influence and Ostracism: mempengaruhi seseorang di sini bisa dalam bentuk janji, maupun ancaman. Jika ada seseorang yang mentimpang dalam sebuah kelompk, biasanya mereka akan dikucilkan. Contohnya, A adalah anak yang tidak disukai oleh teman-teman di kelasnya, mereka berkata bahwa A adalah anak yang sombong. Namun si D merasa baikp-baik saja dengan anak itu dan tidak menjauhinya, maka anak itu pun lama-kelamaan akan dijauhi oleh teman-teman yang lainnya.
Interpersonal Rejection: penolakan kelompok pada suatu kelompok yang memiliki pengikut yang sedikit.
6.      Application: understanding juries
Juri yang diartikan sebagai hakim sejak dulu berfungsi untuk memutuskan mana yang benar dan salah. Meskipun ada saksi untuk memberikan bukti, tetapi hakim merupakan orang terakhir yang mengambil keputusan.
7.      Dinamika Juri
Juri di sini sebagai pengambil keputusan akhir, memutuskan salah dan tidak dengan melihat berbagai bukti-bukti dan sudut pandang dari orang lain dan terutama juga dari pengaruh sosial.
Verdict-Driven dan Evidence-Driven: dalam proses sidang biasanya jika pada akhirnya juri harus mengambil sebuah keputusan, mereka akan berunding apakah keputusan tersebut menjadi sebuah rahasia atau bversifat publik. Ketika sebuah keputusan pertama di putuskan, jika kebanyakan kelompom tidak setuju dengan keputusan tersebut, maka akan musyawarahkan lagi dengan informasi tambahan tentang bukti-bukti. Driven verdict: langsung memutuskan dari bukti yang mendukung vonis bersalah dan bukti yang mendukung vonis tidak bersalah. Evidence-verdict: sebelum menentukan keputusan akhir, mereka meninjau semua bukti yang ada kemudian baru membuat sebuah vonis.
Minority Influence and Verdicts: meskipun pada umumnya kelompok minoritas kalah dalam sebuah putusan, tapi ada kalanya pihak minoritas dapat membujuk kelompok mayoritas untuk dalam pendapat mereka.
Status and influence: dari hasil penelitian Fred L. Strodtbeck dkk, orang yang mempunyai status yang lebih tinggi, biasanya akan lebih berpengaruh dari pada status mereka yang lebih rendah. (contohnya seperti pada kasus di persidangan antara orang yang status ekonominya rendah dan orang yang status ekonominya tinggi)
8.      How Effective Are Juries?
Menurut studi Asch, kalompok minoritas yang seharusnya benar pun akhirnya kalah dengan kelompok mayoritas yang justru salah. Melihat hal ini apakah juri masih efektif?Voir Dire: voir dire yang berarti “berbicara yang sebenarnya” yaitu pertanyaan-pertanyaan untuk juri dalam mengungkap apakah ada bias, keberpihakan dan prasangka (West's Encyclopedia of American Law, 2008).

Sumber – sumber Pengaruh Kelompok
Kekuasaan Berdasarkan Kedudukan memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan yang sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri dari: Kewenangan Formal dan Kekuasaan Pribadi.
Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial.
Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengan kedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.
Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri dari: Kekuasaan keahlian (expert power), Kekuasaan kesetiaan (referent power), dan Kekuasaan karisma.
1) Kekuasaan keahlian (expert power)
merupakan kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting. Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut.
2) Kekuasaan kesetiaan (referent power)
merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan interaksi antar pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati.
3) Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar